Dirjen EBTKE: Infrastruktur dan Sistem Energi Indonesia Belum Mampu Serap EBT

energi fosil

Ilustrasi pemanfaatan energi fosil. Foto: dok indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) telah melaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka peningkatan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) sebagai energi bersih. Di antaranya Penguatan regulasi melalui penyusunan rancangan undang-undang (RUU) EBT dan Peraturan Presiden (Perpres) Harga energi baru (EB) Mandatori B30.

Dan Implementasi PLTS atap, Pengembangan infrastruktur EBT dengan APBN, DAK atau dana hibah, Pemberian insentif Fiskal dan Non-Fiskal untuk EBT.

“Kami juga memberikan dan memperbaiki kemudahan perizinan berusaha, monitoring dan memfasilitasi debottlenecking bagi proyek-proyek PLT EBT yang sedang berjalan, mendorong demand ke arah energi listrik,” ujar Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Dadan Kusdiana melalui gawai, Senin (8/8/2022).

Ia mengatakan, ada beberapa kendala penerapan kebijakan dan strategi transisi energi. Salah satunya adalah kendala teknis di mana infrastruktur dan sistem energi Indonesia belum sepenuhnya mampu menyerap energi dari sumber EBT. Hal ini bisa dikarenakan sifat EBT yang intermiten, sehingga dapat mengganggu kestabilan sistem.

“Kondisi PLN yang oversupply juga membatasi penyerapan listrik dari EBT. Selain itu, kita juga menghadapi kendala pendanaan,” ungkapnya.

“Saat ini, kebanyakan lembaga pendanaan finansial nasional masih ragu untuk mendanai proyek-proyek EBTK karena risikonya yang masih dinilai tinggi,” imbuhnya.

Lebih jauh dia menjelaskan, salah satu skema percepatan transisi energi yang sedang dikembangkan adalah Energy Transition Mechanism (ETM). ETM merupakan konsep yang diusung ADB dan pemerintah Indonesia untuk percepatan pengembangan EBT sekaligus menerapkan dekarbonisasi. Dalam mekanisme tersebut, kepemilikan aset karbon intensif, yaitu PLTU, akan dialihkan kepada sebuah entitas yang ditunjuk pemerintah untuk selanjutnya dioperasikan dan juga di”pensiun”kan lebih awal.

“Walaupun Indonesia akan maju terus dalam melakukan transisi energi, sementara ini minyak bumi, gas dan batubara masih akan dimanfaatkan secara optimal untuk energi nasional,” katanya.

“Beberapa upaya akan dilakukan agar pemanfaatan energi fosil ini dapat tetap berlangsung secara berkelanjutan, misal dengan menerapkan Carbon Capture and Sorage / Utilization and Storage (CCS/CCUS), pemanfaatan gas bumi sebagai energi transisi sebelum 100 persen di pembangkit EBT dapat diimplementasikan, serta hilirisasi industri batubara untuk menghasilkan produk nilai tambah lainnya,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version