Mahasiswa Dituntut Mampu Selesaikan Kasus pada Kehidupan Nyata

Kemendikbudristek

Ilustrasi mahasiswa tengah praktik. Foto: Kemendikbudristek untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Artificial Intelligence (AI) memiliki dua hal utama, yakni machine learning dan deep learning. Dan saat ini AI yang memiliki kaitan erat dengan bidang ilmu Bioinformatika (BI) tengah menjadi perhatian di dunia.

“Peran AI dalam Bioinformatika merupakan suatu sistem yang mengadopsi suatu sistem biologi secara spesifik. Sebagai contoh, artificial neuron network, sistem ini mengadopsi sistem otak makhluk hidup, seperti neurons dan synapses,” ujar Dosen Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L) Muammar Sadrawi di Jakarta, Kamis (25/8/2022).

Menurut dia, sistem saraf tersebut sangat dekat hubungannya dengan ilmu biologi. Dan merupakan salah satu inti dari bioinformatika, selain computer dan matematika.

“Di prodi Bioinformatika i3L, kita memiliki berbagai mata kuliah yang berkaitan dengan koding yang mana adalah sumber utama dari AI, terkhusus Python,” kata Sadrawi.

“Mahasiswa di prodi BI diajarkan dari pemograman dasar seperti conditional “if” dan looping “for” hingga metode AI, yakni convolutional neural network (CNN) untuk menyelesaikan suatu kasus pada kehidupan nyata,” sambungnya.

Sehingga, kata dia, mahasiswa dapat secepat mungkin familiar dengan metode terkini dari AI dengan memiliki dasar pemograman yang tangguh.

Sadrawi menambahkan, pentingnya mempelajari AI dalam Bioinformatika, secara ilmu biologi, aplikasi dari AI sangatlah luas.

“Dalam beberapa tahun ini, biological-inspired robot menjadi topik yang hangat di kalangan peneliti dan industri. Baru-baru ini, sistem kerja dari hewan jellyfish atau ubur-ubur diadopsi menjadi robot yang bekerja secara efisien dalam berenang dengan mengevaluasi partikel fluida di sekitarnya,” terangnya.

“Di kasus yang lain, robot dengan adopsi teknologi dari ant-colony atau koloni semut juga telah berkembang. Dan juga salah satu aplikasi tercanggih dari cabang ilmu ini adalah Boston Dynamics,” tambahnya.

Teknologi ini, lanjut Satrawi, merupakan humanoid robot yang dikembangkan oleh dua raksasa industri yakni Google dan SoftBank. Dan BI sangatlah mungkin untuk memberikan kontribusi perihal aplikasi robotika dan sistem cerdas lainnya, baik untuk sisi akademis maupun industri.

“ke depan AI dan Bioinformatika akan terus berkaitan. Hubungan yang sangat erat antara AI dan BI, ini berbasis pada informasi sebelumnya. Bioinformatika i3L telah memiliki beberapa publikasi inter-koneksi antara AI dan BI,” ucapnya.

Dosen-dosen BI di i3L juga, menurut Satrawi, telah memiliki beberapa publikasi mengenai AI. Untuk sistem yang paling mutakhir hubungan antara BI and AI bisa dikaitkan dengan hadirnya sistem perangkat lunak untuk memprediksi 3D struktur protein dari AlphaFold.

“AlphaFold ini sendiri dikembangkan oleh peneliti dari Google’s DeepMind dan pihak dari Univesitas terbaik di dunia,” tuturnya.

“Harapan yang sangat besar dari penggabungan AI dan BI adalah terciptanya environment, baik untuk pihak pelajar maupun dosen, yang sudah sangat familiar dengan 2 ilmu tersebut,” tutupnya. (nas)

Exit mobile version