Kolaborasi BRIN – Wuhub Cetak Seribu Inovator Baru Bidang Kuliner dan Teknologi

BRIN

Prof Marsudi Wahyu Kisworo, dewan pengarah BRIN (Dua dari kiri) Charles Lee selalu founder WuHub (kaos biru) dan Aprilando Suryokusumo pencetus kegiatan Kolabpreneur (paling Kanan) INDOPOS.CO.ID/nelly marinda

INDOPOS.CO.ID – Setelah terbentuk sercara resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada April 2021, kini lembaga pemerintah nonkementerian itu mulai banyak melalukan peran secara langsung ke masyarakat. Salah satu

nya melakukan riset dan inovasi pada bidang kuliner yang bekerjasama dengan kelompok masyarakat yang dikenal dengan sebutan Wirausaha Hub (WuHub).

Tak main-main, program kerjasama tersebut langsung melibatkan 60 perguruan tinggi se Indonesia. Meliputi 5 kota besar seperti Denpasar, Surabaya, Jogjakarta, Bandung dan Jakarta. Kegiatan yang dinamakan Kolapreneur tersebut bertujuan untuk menemukan inovator baru bidang usaha kuliner. Yang dikemas lewat kompetisi terbuka untuk mahasiswa, profesional, dan masyatakat umum. Targetnya melahirkan seribu inovator baru dari kegiatan tersebut.

“Keterlibatan kami (BRIN) dalam kegiatan ini lebih pada kompetisi inovasi. Harapan kami dari teman-teman, anak-anak pemuda-pemudi Indonesia bisa menciptakan ide-ide baru bisa menjadi inovator-inovator yang baru, di mulai dari skala kecil hingga skala nasional ” ujar Prof Marsudi Wahyu Kisworo, dewan pengarah BRIN, di Kuningan, Senin (28/8/2022).

Lebih lanjut dia mengatakan, inovasi yang dimaksud meliputi, semisal di zaman yang semakin canggih, jika mau makan soto tinggal tuang air panas saja. Begitu juga ketika ingin menunaikan ibadah haji, jamaah haji atau jamaah umroh kalau ke Arab sana tidak lagi membawa mi instan, tapi sudah membawa soto produk inovasi dari kegiatan ini.

“Inovasi yang kita harapkan, ada pilihan kuliner lain yang bisa dibawa pas menunaikan ibadah hajinatau umroh. Misalnya soto, bawa gulai, bawa sate, bawa rendang. Dengan begitu kuliner diharapkan ada inovasi di bidang makanan juga terutama bagaimana packaging makanan supaya bisa awet agar tidak busuk,” harap Prof Marsudi.

Selain untuk kuliner Marsudi juga berharap ada inovasi yang muncul mengantisipasi hasil panen seperti bawang agar memiliki waktu lebih tahan lama. ” Indonesia itu negara subur, kaya, tapi makanannya cepat busuk sehingga yang terjadi misalnya di Nganjuk 2 bulan yang lalu panen bawang merah akhirnya dibuang oleh petani karena sudah busuk, karena belum laku terjual. Kalau ada inovasi maka bawang merah enggak sia-sia begitu saja, kalau ada teknologi untuk mengawetkan sehingga bawang merah itu bisa disimpan sampai 5 tahun itu sehingga apa yang dikerjakan petani tidak sia-sia,” terangnya.

Sementara itu, Charles Lee selalu founder WuHub mengatakan kegiatan kolabpreneur sudah memasuki tahun ke tiga. “Pelaksanaan sebelumnya berangkat dari sulitnya ekonomi masyarakat karena pandemi. Kami mengkriet kegiatan ini untuk membantu mereka yang biasa jualan offline berubah ke online. Hasilnya cukup memberikan manfaat dan kami yakini kegiatan ini terus kami lakukan dengan target yang berbeda,” katanya.

Senada dengan Charles, Aprilando Suryokusumo pencetus kegiatan Kolabpreneur mengatakan sudah saatnya memecahkan persoalan secara bersama-sama. “Untuk menaklukkan tantangan yang kita hadapi saat ini, kita tidak akan menang jika sendiri-sendiri. Maka dari itu, dari berbagai disiplin ilmu kita satukan untuk mendapatkan jalan keluar,” tegas Aprilando.(ney)

Exit mobile version