Petani Milenial, Kunci Sukses Sektor Pertanian Masa Depan

Petani Milenial, Kunci Sukses Sektor Pertanian Masa Depan - petani milenial tanaman hidroponik - www.indopos.co.id

Kunjungan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi ke kecamatan Samboja, kabupaten Kutai Kertanegara. (Dok Kementan)

INDOPOS.CO.ID – Memasuki era industri 4.0, optimalisasi penggunaan teknologi guna memudahkan pekerjaan individu, terus digalakkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan).

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi mengatakan, era modernisasi merupakan ladang emas bagi profesi petani. Memilih bertani menjadi sumber mata pencaharian merupakan prospek menjanjikan dan berperan penting.

Mengingat petani merupakan ujung tombak dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat. Tidak ada petani, maka kebutuhan pangan masyarakat akan sulit dipenuhi.

Ia mengharapkan, stigma akan profesi petani yang kotor dan konvensional dapat terpatahkan terutama pada kalangan anak muda saat ini yang hendak meniti karir.

“Ada dua kunci utama dalam mencapai kesusksesan dalam mengelola sektor pertanian. Yang pertama adalah manfaatkan smart farming dan yang, kedua adalah tingkatkan skala usaha melalui akses kredit usaha rakyat (KUR),” kata Dedi dalam keterangannya, Jakarta, Senin (12/9/2022).

Metode smart farming petani milenial dapat meningkatkan hasil panen serta menuntaskan zero waste, sehingga meminimalisir produk tani agar dapat terdaur ulang kembali. “Tanpa menghasilkan limbah dapat mencemarkan lingkungan tetapi justru dapat menghasilkan cuan,” ucap Dedi.

Ia pun mengapresiasi pemanfaatan smart farming dan pupuk organic dalam budidaya hidroponiknya. “Solusi pupuk yang mahal perlu kita tingkatkan, efisiensi pemupukan dengan menggunakan pupuk berimbang pupuk organik (kompos) dan pupuk hayati (micro hayati lokal),” imbuhnya.

Saat ini pupuk mahal, gunakan pupuk organik. Kotoran sapi banyak mengandung nitrogen, pupuk kandang dari kotoran ayam dan kambing banyak mengandung kalium.

“Petani harus memiliki ilmu pemupukan, perlu meningkatkan cara produksi dengan fertigasi dengan menggunakan sistem grativikasi, sehingga lebih efesien,” ucap Dedi dihadapan petani millenial Balikpapan. (dan)

Exit mobile version