Senang Belajar pada Anak Harus Ditumbuhkan sejak Dini

Kipina

Diskusi pendidikan di Kipina Kids Indonesia Foto: Nasuha/ INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Pemerintah terus mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satunya melalui pendidikan karakter di satuan pendidikan. Ceo KIPINA Kids Indonesia Sudino Lim menuturkan, output pendidikan tak hanya bergantung dari kurikulum pendidikan, namun juga kompetisi guru.

“Pendidikan harus menumbuhkan rasa senang dan cinta siswa kepada sekolah. Hal inilah yang mendorong semangat belajar siswa,” ujar Sudino Lim kepada INDOPOS.CO.ID, Sabtu (8/10/2022).

Ia mengatakan, pendidikan di Indonesia saat ini mulai berubah, siswa tak lagi dicekoki materi belajar dengan ceramah. Tidak lagi merujuk nilai Ujian Nasional (UN) yang tinggi.

Pendidikan, lanjut dia, harus memperhatikan kesejahteraan anak di masa depan. “Guru jadi fokus, karena ini faktor sukses dan tumbuh semangat belajar secara mandiri kepada anak, bukan lagi dipaksa,” bebernya.

“Kami mengadopsi kurikulum dari negara Finlandia. Untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) kita tak pernah berpikir seholistik, bahwa anak wajib dijemur selama 1 jam. Jadi penting bagi kami melakukan transformasi pendidikan dari Finlandia,” imbuhnya.

Menurut dia, sejak PAUD anak harus diperkenalkan pendidikan tematik hingga sains. Sebab, rasa senang terhadap pendidikan siswa PAUD akan dilanjutkan di jenjang berikutnya.

“Semangat belajar dan cinta belajar ini harus ditumbuhkan sejak dini. Oleh karena itu, kami mengajak anak belajar ke alam,” katanya.

Sementara itu, Lecture of HAMK Hame University of Applied Science Prof Mari Paulina Korhonen mengatakan, pendidikan PAUD di Finlandia sangat fundamental. Sejak dini, anak diperkenalkan tentang penelitian atau riset.

“Ini (riset) untuk apa? Karena PAUD mendukung pendidikan di jenjang selanjutnya,” ujarnya.

Untuk menumbuhkan rasa cinta belajar kepada siswa, dikatakan dia, harus ada metodologi pembelajaran yang mengajak anak belajar melalui dunianya. Dari sana, kemudian guru berperan mengisinya dengan pendidikan.

“Untuk penggunaan gadget pada anak, kita tidak melarang, tetapi mendidik anak menggunakan smartphone dengan benar tujuannya untuk pedagogik atau pembelajaran,” katanya.(nas)

Exit mobile version