INDOPOS.CO.ID – Peringatan hari lahir atau milad Kesenian Tari Tjimande Kolot Kebon Djeruk Hilir (Kesti TTKKDH) ke-79 digelar secara akbar di Stadion Madya, Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (8/10/2022) malam.
Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan, kesenian tari Tjimande Kolot Kebon Djeruk Hilir adalah warisan budaya leluhur.
“Ketika dikenal di Banten, kita harapkan dibawa ke internasional. Ke depan tidak hanya di 8 provinsi, tetapi bisa di 34 provinsi,” ujar Listyo Sigit Prabowo.
Terkait penghargaan UNESCO bidang budaya, menurut dia, jangan hanya di bidang seni budaya saja. Tetapi atlet bisa meraih prestasi di ajang nasional dan internasional dari Kesti TTKKDH
“Generasi muda harus melanjutkan seni budaya Kesti TTKKDH, harus terus dijaga, dilatih dan dibesarkan,” katanya.
Di tempat yang sama, Ketua DPP Kesti TTKKDH Wahyu Nurjamil mengatakan, pada milad TTKKDH ke 70 tahun menampilkan beragam kegiatan. Dan perayaan tahun berbeda dengan tahun sebelumnya. “Kami ingin milad ke 70 Kesti TTKKDH diangkat ke level nasional,” ujarnya
Rangkaian milad kali ini beragam pertunjukan, dari pentas budaya KESTI TTKKDH Kampung Jawara KESTI TTKKDH, laskar urutan Cimande, pengobatan alternatif hingga penampakan golok raksasa Ciomas dan paku raksasa Al Madad serta pertunjukan Debus.
Puncaknya digelar ritual keceran Tjimande yang merupakan tradisi Kesti TTKKDH dengan menampilkan seni bela diri Pencak Silat.
Untuk diketahui KESTI TTKKDH merupakan Organisasi atau perguruan yang bergerak di bidang seni dan budaya pencak silat yang beraliran cimande.
Di bentuk sejak tahun 1952 dengan anggota sebanyak 6 juta yang tersebar di berbagai penjuru wilayah Indonesia maupun di mancanegara.
“Keluarga KESTI TTKKDH sangat menjaga tradisi yang diwariskan oleh para kasepuhan Cimande, sehingga sampai saat ini budaya leluhur masih terus terjaga dan lestari Kelid, Tari Kolot, Urutan dan Keceran dari sejak cimande berdiri ratusan tahun silam,” ungkapnya.
Keceran adalah kegiatan tradisi ritual yang dilaksanakan setahun sekali di setiap bulan maulid oleh keluarga Cimande. Tradisi keceran Kesti TTKKDH adalah tradisi ditetesinya mata, hidung dan mulut anggota perguruan Kesti TTKKDH oleh air khusus yang telah diberikan doa-doa oleh para sesepuh perguruan tersebut.
Usai ditetesi air khusus tersebut, anggota perguruan kemudian melakukan ritual rujakan dimana mereka memakan atau meminum khusus yang terdiri dari 7 macam untuk setiap makanan dan minumannya.
Terakhir para anggota perguruan melakukan ritual gembrungan atau saling memijit tangan dan kaki yang sering mereka pergunakan untuk bertarung. Tidak sampai di situ, ritual keceran ini ditutup dengan aksi pencak silat khas TTKDH yang diiringi alat musik tradisional pencak silat. (nas)