INDOPOS.CO.ID – Sebelum membuat berita bahaya hoaks dan bagaimana menggugah partisipasi publik dalam pencegahan dan kebal berita hoaks, awak media harus terlebih dahulu belajar dan memahami jurnalisme Pre-Bunking.
Pre-Bunking merupakan serangkaian tindakan proaktif, sebelum berita hoaks menyebar di masyarakat. Demikian benang merah pelatihan Pre-Bunking untuk jurnalis media anggota Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wilayah DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.
“Ibarat vaksinasi, jurnalis perlu memvaksin diri terlebih dulu, sebelum memberi vaksin kepada publik. Dengan cara itu, barulah bisa tercapai masyarakat kebal terhadap hoaks,” kata Wakil Ketua AMSI, Irfan Junaedi saat membuka pelatihan Pre-Bunking di Jakarta dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).
Irfan mengatakan, pelatihan Pre-Bunking sangat penting karena Indonesia sebentar lagi akan menggelar Pemilu Serentak tahun 2024. Berdasar data Bawaslu, pemilu 2024 akan diikuti oleh 60 persen pemilih pemula.
Umumnya anak muda memakai media sosial untuk mendapatkan berita dan informasi. “Kalau kemudian yang dikonsumsi anak-anak muda ini adalah berita hoaks, kan sangat berbahaya. Bisa menganggu keberlangsungan pemilu dan bahkan gesekan sosial. Ini tidak boleh kita biarkan,” terangnya.
“Jadi media harus mengisi ruang-ruang di medsos dengan berita yang terverifikasi. Karena itulah kita perlu belajar pre-bunking. Terinternalisasi dulu ya, sebelum nulis soal bahaya hoaks,” tambah Irfan.
Koordinator AMSI Wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan, Ronny Kusuma meminta media tak boleh lagi sungkan-sungkan mengambil peran lebih besar dan lebih masif di ruang-ruang medsos demi mencegah merebaknya hoaks, terutama dalam tahun-tahun politik menjelang Pemilu.
“Jangan sungkan-sungkan. Faktanya, sekarang orang mendapat informasi pertama dari medsos. Karena itu, jurnalisme cek fakta harus mengisi ruang-ruang itu. Kita sebar konten-konten sehat di sana sebelum terjadi hoaks,” ucap Ronny.
Pelatihan Jurnalisme Pre-Bunking ini digelar di Jakarta, 1-3 November 2022. Pelatihan yang diikuti oleh 21 jurnalis dari 21 media ini menjadi pelatihan kedua, dari lima seri pelatihan serupa yang digelar oleh AMSI.
Peserta dilatih teori Pre-Bunking dan bagaimana memanfaatkan banyak tools untuk melakukan verifikasi sebuah berita atau informasi. Juga memproduksi dan mendistribusikannya ke media sosial.
“Sekarang kita perlu strategi baru, Jurnalisme Pre-Bunking, mencegah,” kata Direktur Eksekutif AMSI, Adi Prasetya, yang mensupervisi selama pelatihan berlangsung.(dan)