Viral di Medsos Tak Harus Meninggalkan Moral

Media-Sosial

Ilustrasi media sosial Foto: dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Program literasi digital bagi masyarakat terus digenjot pemerintah. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pada 2021 angka literasi masyarakat Indonesia pada level sedang atau di angka 3,49 dari 5,00.

“Kami terus melakukan kegiatan edukasi literasi digital baik daring atau luring,” ungkap Ketua Tim Literasi Digital Sektor Kelompok Masyarakat, Kemenkominfo Rizki Ameliah dalam keterangan, Rabu (30/11/2022).

Program literasi digital tersebut, menurut dia, melibatkan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi. Dengan penyelenggaraan kegiatan festival literasi digital.

“Pada setiap kegiatan kami tekankan materi terkait kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital,” bebernya.

Menurut dia, pemanfaatan teknologi tak semata hanya untuk mengejar viral. Namun, juga tidak menghilangkan moral. Dengan melek literasi digital, bisa mencegah seseorang membuat konten-konten tak bermoral di media sosial.

“Dengan melek literasi digital masyarakat bisa memanfaatkan teknologi dan media sosial dengan baik tidak hanya asal mengejar bisa viral,” katanya.

“Sebab menjadi viral tidak semuanya mengenai hal positif saja,” imbuhnya.

Ia menambahkan, moral bisa disamakan dengan etika. Seperti saat memberi salam ketika memasuki rumah orang lain.

“Sama halnya dengan membuat konten ataupun masuk ke konten orang lain, kita sebaiknya tidak langsung berkomentar negatif atau semacamnya. Maka dari itu, etika yang kita tanam di dunia nyata seharusnya juga diterapkan di dalam dunia maya,” imbuhnya.

Sementara itu, Konten Creator Imam Darto menuturkan, membuat konten yang menghibur di media sosial (Medsos) tidak harus menghilangkan moral. Dengan konten, menurut dia, seseorang bisa menyelipkan pesan moral di dalamnya.

“Konten yang menghibur tetap harus mempunyai border atau batasan, bukan hanya berisi candaan yang tidak mempunyai edukasi,” katanya.

Ia menyebut, kerap menemukan konten di luar nalar yang hanya mengejar viral saja, tanpa mementingkan pesan positifnya. “Lebih baik kita membuat konten yang original dan mempunyai branding tersendiri atau be your self,” katanya.(nas)

Exit mobile version