Mau Usulkan WBTB UNESCO, Indonesia Butuh Waktu 3 Ribu Tahun

wbtb

Ilustrasi warisan budaya tak benda wayang. Foto: Dokumen Kemdikbudristek

INDOPOS.CO.ID – Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Itje Chodijah mengatakan, warisan budaya tak benda (WBTB) harus terus ditingkatkan. Salah satu melalui edukasi kepada masyarakat. Sebab, menurut dia, berbicara budaya itu bicara peradaban manusia.

“Budaya itu warisan yang beriringan dengan manusia berinteraksi,” kata Itje secara daring, Sabtu (10/12/2022).

Menurut dia, tugas dan fungsi Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO menjembatani kepentingan Indonesia terkait kebudayaan dan informasi. Pelestarian warisan budaya tak benda diatur dalam konvensi 2003 UNESCO.

“Warisan budaya itu praktik, ekspresi, pengetahuan dan ketrampilan yang diakui oleh komunitas, kelompok maupun individu sebagai warisan budaya mereka,” terangnya.

“Tujuan konvensi ini untuk melestarikan budaya tak benda,” imbuhnya.

Ia menjelaskan, warisan budaya tak benda bukan terkait kepemilikan, tetapi keberadaan budaya itu sendiri. Hingga 2021, menurut dia, ada beberapa warisan budaya tak benda seperti: wayang, keris, batik, angklung, pinisi, 3 genre tari tradisional di Bali, pencak silat dan gamelan.

“Ada yang harus diselamatkan seperti tari Saman, tas noken Papua. Dan pelestarian warisan budaya batik Indonesia,” bebernya.

Lebih jauh ia mengungkapkan, proses penetapan warisan budaya tak benda dimulai dari tingkat nasional. Seperti proses pencatatan dan penetapan.

“Proses selanjutnya di tingkat internasional mengusulkan ke UNESCO, lalu diusulkan menjadi ICH (Intangible Cultural Heritage) UNESCO,” ujarnya.

Dikatakan dia, saat ini ada 1728 elemen budaya di Indonesia. Sehingga, untuk mengusulkan sebagai warisan budaya tak benda UNESCO, menurut dia, dibutuhkan setidaknya 3 ribu tahun.

“Jadi tujuan penetapan warisan budaya tak benda ini untuk kemanusiaan, jadi tidak mengenal batas wilayah. Sebab, bisa saja bila ditelusuri budaya yang sama bisa ditemukan di negara lain,” terangnya.

“Tujuan prioritasnya untuk pelestarian. Jadi tidak dipedulikan asal usul budaya itu,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version