Bawang Merah sebagai Jati Diri Bangsa

bawang

Ardiansyah. Foto : Dok Pribadi for indopos.co.id

Oleh : Ardiansyah

INDOPOS.CO.ID – Siapa yang tak tau bawang di dunia ini. Rasanya hampir semua orang di dunia ini pernah mencicipi rasa dan wangi khas bawang. Ya, salah satu bumbu dapur pelengkap masakan ini wajib tersedia di setiap toples dan lemari panci. Ibu-ibu khususnya selalu menggunakan bawang untuk berbagai kebutuhan tumis, sambal, pepes dan penyedap rasa lainya.

Tapi, berapa banyak produksi bawang di Indonesia? lantas dimanakah sentra bawang ada. Dua pertanyaan ini jarang sekali didengungkan banyak orang. Masyarakat hanya tahu kalau bawang harus selalu tersedia di Rumah-rumah.

Mengacu data produksi Kementerian Pertanian (Kementan), sentra bawang saat ini tersebar di sejumlah daerah, terutama di wilayah Brebes, Tegal, Demak, Nganjuk, Bima dan daerah lainya di Indonesia. Semua wilayah tersebut memiliki produksi yang sangat melimpah. Cakupan produksinya bahkan meliputi produksi lokal dan internasional (ekspor).

Menurut data BPS, produktivitas bawang merah di Kabupaten Brebes pada Tahun 2020 mencapai 3,037 juta kwintal dengan luas panen 38,9 hektar. Brebes sendiri merupakan salah satu sentra bawang merah terbesar di Indonesia. Daerah ini memberikan kontribusi 18,5 persen produksi nasional atau 57 persen dari produksi di Jawa Tengah.

Ada juga di Kabupaten Demak yang memiliki produksi mencapai 781,65 ribu kwintal dengan luas lahan mencapai 10.258 hektar. Kemudian di Kabupaten Nganjuk produksi bawang mencapai 1,7 juta kwintal dengan luas lahan pada 2020 mencapai 14.505 hektare.

Bukan hanya di Daerah-daerah itu saja, produksi bawang bahkan menyebar sampai ke luar pulau Jawa seperti wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Terkait dengan hal ini, prognosa neraca bawang merah pada Januari-Desember 2022 mencapai 1,1 juta ton disusul neraca bawang putih yang mencapai 2,8 ribu ton. Untuk bawang merah, Rata-rata produksi mencapai 12 ton perhektare.

Di Indonesia, produksi yang dihasilkan baru mencakup bawang merah saja karena faktor tanah, cuaca dan bibit yang dihasilkan mampu memenuhi harapan petani, yaitu di atas rata-rata produksi negara lain. Namun khusus bawang putih, pemerintah masih mengandalkan impor karena faktor tanah dan cuaca yang masih belum cocok dengan Indonesia.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto dalam keterangannya beberapa waktu lalu menegaskan bahwa ketersediaan bawang merah mutlak dipenuhi mengingat komoditi yang satu ini merupakan komoditi strategis Indonesia.

Dia pun mengatakan produksi nasional yang ada saat ini masih lebih tinggi jika dibandingkan kebutuhan. Artinya secara kumulatif bawang merah masih surplus. Namun harus diakui, kendala yang ada saat ini masih meliputi pada distribusi yang belum merata.

Berdasarkan data Early Warning System (EWS) bawang merah yang disesuaikan hitungannya berdasarkan produksi rogol kering askip, produksk pada Mei-Agustus 2020 mencapai 348.343 ton, sedangkan kebutuhannya hanya sebesar 342.598 ton, sehingga surplus yang ada mencapai 5.745 ton.

Adapun luas pertanaman bawang merah secara nasional selama periode Januari-Mei 2020 tercatat mencapai 74.083 ha dengan rincian bulan Januari seluas 17.472 ha, Februari seluas 14.739 ha, Maret seluas 14.278 ha, April seluas 14.088 ha dan Mei seluas 13.506 ha.

Sejauh ini, 18 sentra bawang merah pemasok Jabodetabek yang meliputi Bandung, Garut, Cirebon, Majalengka, Grobogan, Pati, Demak, Temanggung, Brebes, Kulonprogo, Malang, Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan, Lombok Timur, Bima, Solok dan Enrekang diperkirakan jumlah produksinya mencapai 125.363 ton (rogol kering askip) dengan luas panen sekitar 15.014 ha.

Sedangkan untuk hasil produksi yang ada selama ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di 18 sentra sebesar 16.344 ton dan masyarakat jabodetabek sebesar 20.357 ton serta masih terdapat neraca surplus lainya sebesar 88.662 ton.

Masih menggunakan data EWS, produksi bawang merah nasional pada April 2022 mencapai 157.121 ton sementara Mei sebesar 153.513 ton. Meskipun produksi April-Mei 2022 turun sebesar 11 persen, namun secara neraca kumulatif dari produksi bulan sebelumnya terkalkulasi masih mampu memenuhi kebutuhan nasional.

Bila melihat produksi nasional bawang merah pada tahun lalu jumlahnya mencapai 2 juta ton, dan tahun ini diperkirakan tidak akan terpaut jauh. Sejak 2017 hingga saat ini, Indonesia tercatat sudah tidak mengimpor bawang merah segar/konsumsi. Peningkatan luas tanam di bulan April-Mei 2022 mengindikasikan bahwa produksi Juni-Juli 2022 akan berangsur normal kembali.

Untuk tahun depan, Kementan memperkirakan produksi bawang merah masih akan mengalami surplus. Apalagi saat ini, benih yang digunakan adalah benih unggul berteknologi TSS (True Shallot Seed) atau dikenal dengan pemanfaatan biji botani. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas bawang merah secara cepat dan tepat.

Kelebihan benih bawang merah TSS adalah mampu mendongkrak hasil umbi bawang merah sampai dua kali lipat panen apabila dibandingkan dengan penggunaan benih umbi lainya. Yang terpenting, TSS memiliki keunggulan bebas penyakit dan virus, benih lebih sedikit, pengangkutan lebih mudah, dan daya simpan yang lebih lama dibandingkan umbi lainya.

Kendati banyak kelebihan, adopsi benih TSS oleh petani cukup sulit, terutama mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru. Inilah tantangan kita di masa depan. Petani harus mulai belajar bahwa Indonesia memiliki benih dan kemampuan teknologi yang luar biasa.

Untuk saat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan antisipasi kemungkinan kenaikan harga bawang merah menjelang akhir tahun 2022 dengan menggenjot penanaman di sejumlah daerah. Diharapkan kenaikan harga pangan pada momen pergantian tahun dapat tetap terkendali khususnya pada komoditas hortikultura.

Kementan bahkan telah mengalokasikan anggaran pengembangan kawasan bawang merah pada setiap tahunnya, termasuk dalam penyediaan bantuan benih bagi petani. Gerakan-gerakan tanam di sejumlah kawasan sentra puk telah dilakukan secara masif sehingga diharapkan produksi dalam negeri dapat memenuhi kemungkinan kenaikan permintaan akhir bulan ini.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL), bertekad akan membawa produk hortikultura Indonesia ke seluruh supermarket yang ada di seluruh dunia. Menurutnya, sayuran dan buah dalam negeri tidak kalah dengan produk lain. Guna mendongkrak ekspor hortikultura, dia mendorong pihaknya menggunakan kekuatan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang tersebar di seluruh dunia untuk memasarkan produk-produk pertanian Indonesia.

Sejauh ini, ekspor produk hortikultura pada tahun 2021 mencapai 761 juta dolar atau meningkat 10,9 persen jika dibandingkan tahun 2020. Secara total ekspor tahun 2020-2021 ekspor hortikultura meningkat 17,2 persen. NTP hortikultura sampa bulan Okterber 2022 juga mencapai 108,89. Berbagai capaian ini sejalan dengan program Kementan yang terus mengembangkan kampung hortikultura.

Kampung Hortikultura terus bertambah, yakni Kampung Buah sebanyak 1811 titik, Kampung Sayuran 2501 titik, Kampung Tanaman obat sebanyak 451 titik, dan Kampung Flotikultura sebanyak 105 titik.

Jika sudah begini, rasanya tak ada alasan lagi bagi kita untuk melangkah maju menuju pertanian mandiri dan modern. Kita harus bisa mewujudkan cita-cita bangsa akan bangkitnya pertanian Indonesia. Sudah saatnya kita memberi jawaban kepada semua orang bahwa produksi kita melimpah dan semua daerah adalah sentra bawang merah. Kita harus membuktikan bahwa kualitas bawang kita terbaik di dunia. Bawang merah adalah jati diri bangsa. (*)

*Pranata Humas Muda/Sub Koordinator Komunikasi dan Pemberitaan Media Elektronik

Exit mobile version