Pemilu di Indonesia Selalu Bersifat Figuristik, Popularitas Jadi Pertimbangan Utama

susu

Ilustrasi kotak suara. Foto: Dok Bawaslu

INDOPOS.CO.ID – Semua partai politik mulai bergeliat menjaring caleg akan diterjunkan pada pemilihan legislatif (Pileg) 2024. Banyak suara partai masuk karena adanya sosok atau figur dipilih masyarakat, terlepas dari latar belakang atau partai politik pendukungnya.

Sebanyak 24 partai politik ditetapkan sebagai peserta pemilu 2024. Terdiri dari 18 parpol nasional dan enam parpol lokal Aceh. Karenanya pemilih harus selektif terhadap calon dalam kontestasi pesta demokrasi lima tahunan itu.

Politikus Partai Hanura Inas Nasrullah Zubir menyatakan, ketertarikan pemilih dipengaruhi banyak hal, seperti rekam jejak, latar belakang partai hingga paling menentukan ialah figur yang bakal diusung.

“Setiap parpol papan bawah harus menyadari bahwa pemilu di Indonesia selalu bersifat figuristik, yang mana masyarakat akan memilih figur caleg yang dikenal baik oleh publik,” kata Inas melalui gawai, Jakarta, Selasa (10/1/2023).

Sedangkan mereka yang belum dikenal oleh publik, harus mengeluarkan biaya ekstra untuk dapat mempopulerkan dirinya di masyarakat.

Meski bagi parpol, perekrutan caleg model apapun tidak akan merugikan, apalagi membahayakan eksistensinya, karena kepentingan parpol mengusung caleg potensial bisa mendongkrak citra dan mendulang banyak suara.

“Faktor popularitas harus menjadi pertimbangan utama, sedangkan kemampuan politik individual dapat di make-up setelah lolos menjadi anggota DPR,” tutur Inas.

Apabila MK memutuskan sistem proporsional terbuka yang akan diterapkan pada Pemilu 2024, maka dipastikan para kandidat caleg DPR dan DPRD akan menyiapkan dana yang cukup besar.

“Misalnya saja seorang caleg DPR-RI minimal harus dapat menyiapkan dana segar pribadi sedikitnya Rp3 miliar, dan itupun masih belum pasti terpilih nantinya,” ucap Inas.

Selain perlunya menyediakan dana yang cukup besar, para caleg juga harus mulai gencar menjual brand image-nya sebagai bentuk pencitraan publik dan harus ditunjang brand image parpol, demi memperoleh dukungan suara dari masyarakat pemilih.

Oleh karena dana akan dikeluarkan oleh masing-masing caleg cukup besar, maka mereka akan berlomba-lomba untuk ikut pileg melalui parpol papan atas dan menengah seperti PDIP, Gerindra, Golkar dan lainnya, dengan pertimbangan elektabelitas. (dan)

Exit mobile version