Praktisi Mengajar Sukses Berikan Pengalaman Baru bagi Civitas Akademik Universitas Al-Muslim Aceh

Program-Praktisi-Mengajar

Ilustrasi

INDOPOS.CO.ID – Program Praktisi Mengajar yang dinisiasi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Ristek dan Dikti (Menristek Dikti), Nadiem Makarim dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) RI sukses memberikan pengalaman baru bagi mahasiswa di Universitas Al-Muslim Bireun Aceh. Segenap civitas akademika, mulai dari rektor, dekan, dosen hingga mahasiswa di Universitas Al-Muslim Aceh mengapresiasi adanya program baru di Tahun Anggaran 2022 lalu.

“Kami berterima kasih dengan adanya Program Praktisi Mengajar ini, mahasiswa di Universitas Al-Muslim Aceh bisa belajar banyak tentang paduan teori dengan ilmu praktis dari praktisi-praktisi dan pakar di bidangnya,” ungkap Kaprodi Hubungan Internasional Universitas Al-Muslim Aceh, Rizky Novialdi, Rabu (11/1/2023).

Rizky mengharap dengan keikutsertaan Universitas Al-Muslim Aceh di Program Praktisi Mengajar ini, mahasiswa lulusan Prodi Hubungan Internasional Al-Muslim Aceh semakin berkembang keilmuan di dunia praktiknya.

“Sekali lagi kami mengucapkan terima kasih untuk Pak Nadiem, Bu Menkeu dan praktisi-praktisi yang bersedia berbagi ilmu dari bidang dan pengalamannya,” ungkap Rizky.

Acungan Jempol untuk Nadiem Makarim
Sejak digulirkan pada Juli 2022, Program Praktisi Mengajar yang diluncurkan Mendikbud Ristek RI, Nadiem Makarim, diakui menuai banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Akademisi, peneliti hingga kalangan profesional ahli yang berkarir di dunia kerja memberi acungan jempol terhadap gebrakan Nadiem Makarim.

“Program Praktisi Mengajar ini bervisi pada menyiapkan mental dan bakat mahasiswa agar lebih siap menghadapi iklim dunia kerja yang ekstra keras. Kompetisi bisnis antar corporate dan antar individu di internal corporate menjadi tema yang sering kali ditanyakan mahasiswa dari beragam kampus di Indonesia. Saya berharap Pak Jokowi dan Pak Nadiem bisa mempertahankan program yang sudah berjalan di Tahun Anggaran 2022,” ungkap Dosen Praktisi Hubungan Internasional Universitas Al-Muslim Aceh, Yuska Apitya Aji, Rabu (11/1/2023).

Yuska merupakan salah satu praktisi dan peneliti ilmu politik yang diberi amanah oleh Universitas Al-Muslim untuk mengampu mata kuliah Gerakan Politik Islam Minoritas Prodi Hubungan Internasional. Beberapa hasil riset dan bukunya tentang studi kasus praktik politik identitas, diskriminasi Islam Minoritas dan tantangan gerakan politik Islam di Indonesia menjadi pertimbangan utama Universitas Al-Muslim Aceh memintanya untuk memberi pengajaran pada mahasiswa di Aceh.

“Kajian ilmu yang berbasis pada praktik tentunya sangat dibutuhkan mahasiswa di Indonesia memasuki Era 5.0 seperti sekarang. Kompetisi di dunia digital yang semakin keras, ditambah dengan banyaknya lulusan prodi-prodi asing yang menjejali dunia kerja domestik tentu mengancam eksistensi mahasiswa lulusan lokal yang pada umumnya berbasis pada teori dan buku saja,” tandas Yuska.

Sistem pendidikan, pengajaran dan pelatihan (dikjartih) yang dilangsungkan di Indonesia selama ini adalah berpedoman pada kerangka berpikir (metodologi) referensi buku-buku lama yang hakikatnya sudah tidak koheren dengan dunia kerja. Filsafat ilmu memang masih sangat dibutuhkan untuk menjadi landasan empirik berpikir mahasiswa.

Doktrinasi pendidikan yang terlalu mengacu pada basis teoritis keilmuan nyatanya hanya membentuk cara berpikir konservatis yang hanya menciptakan mental pekerja, bukan pengusaha. Pada akhirnya, alur dan mental berpikir mahasiswa hanya disiapkan sebagai pegawai negeri atau pekerja pemerintahan, pekerja atau buruh kantoran swasta yang tahun demi tahun bergelut dengan ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Sehingga, diharapkan dengan adanya Program Praktisi Mengajar secara komprehensif (menyeluruh) ke seluruh kampus di Indonesia, mahasiswa dapat lulus dengan predikat sarjana yang siap kerja tanpa harus mengikuti program magang (internship) terlebih dahulu. Inggris, Swiss, Finlandia, Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya dengan Sumber Daya Manusia (SDM) berdaya saing tinggi telah membuktikan bahwa perkuliahan yang berkutat pada bangku kampus dan buku saja telah terbukti gagal mencetak lulusan sarjana siap kerja. Indonesia telah memulainya dengan Program Praktisi Mengajar. (srv)

Exit mobile version