TGA Nilai Keputusan FIFA sebagai Seruan Global untuk Keadilan dan Kemanusiaan

TGA Nilai Keputusan FIFA sebagai Seruan Global untuk Keadilan dan Kemanusiaan - ricuh kanjuruhan - www.indopos.co.id

Aparat menembakkan gas air mata ke arah ke arah penonton di Stadion Kanjuruhan. Foto: Dok Indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Tim Gabungan Aremania (TGA) menilai, pembatalan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 oleh FIFA adalah tamparan keras dunia internasional bagi pemerintah Indonesia.

Sebagai anggota, Indonesia seharusnya lebih tegas dan berkomitmen penuh untuk lebih dulu menjamin serta menjalankan proses hukum terkait tragedi Kanjuruhan secara adil dan transparan.

“Bukan hanya tamparan bagi pemerintah, tetapi pembatalan (tuan rumah) ini semoga dapat menjadi pengingat bagi kita semua. Terutama untuk para sahabat dan saudara-saudara kami se-Malang Raya. Sudah saatnya kita singkirkan dulu perbedaan pandangan maupun kepentingan sendiri-sendiri dan golongan. Mari menyatukan upaya agar #usuttuntas tragedi Kanjuruhan benar-benar dapat terwujud,” kata Koordinator TGA, Dyan Berdinandri, dalam pernyataan, Jumat (31/3/2023).

“Kami meminta kembali Pemerintah Indonesia untuk lebih serius memperhatikan para korban dan keluarga korban, serta mengupayakan penyelesaian tragedi Kanjuruhan secara tuntas. Bagi kami, ini sudah bukan lagi persoalan sepak bola atau suporter semata. Ini adalah tragedi kemanusiaan yang memberikan dampak buruk bagi kita semua secara umum, khususnya bagi masyarakat Malang Raya,” ujarnya.

Peristiwa tragis Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 telah meninggalkan luka kehancuran dan duka mendalam bagi keluarga dari 135 korban yang kehilangan nyawa.

Ini adalah tragedi kemanusiaan yang meninggalkan dampak abadi bagi wilayah Malang dan masyarakatnya.

Sebagai warga dunia, TGA menilai ini juga menjadi tanggung jawab bersama untuk bersolidaritas dengan para korban, menuntut keadilan, pertanggungjawaban, dan memperingati hidup mereka.

M.Choirul Anam, yang telah menyelesaikan penyelidikan tragedi Kanjuruhan saat menjabat Komisioner Komnas HAM, turut menyoroti soal putusan pengadilan terkait tragedi Kaniuruhan.

“Seperti putusan-putusan yang selama ini sudah keluar, terasa sekali mencederai rasa keadilan kita. Perlu diingatkan kembali, (para hakim) di upaya-upaya hukum selanjutnya, baik banding maupun kasasi, agar lebih menegakkan keadilan. Karena kasus Kanjuruhan ini, tidak hanya menjadi masalah masyarakat Malang atau Indonesia saja, ini sudah menjadi perhatian dunia. Makanya FIFA mengingatkan kembali, mengenai pentingnya keamanan, rasa aman, rasa nyaman, pembenahan, dan lain sebagainya,” tegasnya.

Insiden yang disebabkan oleh penggunaan kekuatan berlebihan oleh polisi telah menimbulkan kekhawatiran tentang terjadinya pelanggaran berat hak asasi manusia dan kebrutalan polisi.

Korban dari tragedi ini adalah orang-orang tak berdosa yang tidak pantas kehilangan nyawanya dengan cara yang begitu tragis.

TGA senantiasa menyerukan keadilan bagi para korban dan keluarganya, menuntut pertanggungjawaban negara, dan mendesak perhatian kemanusiaan global untuk memperingati para korban tragedi Kanjuruhan dan mencegah kejadian serupa terjadi lagi di masa depan.

TGA juga berinisiatif mengajak seluruh elemen masyarakat, baik individu, kelompok, dan organisasi di seluruh dunia untuk mendukung upaya mewujudkan Kanjuruhan Memorial (monumen peringatan tragedi).

Ini akan menjadi monumen yang didedikasikan untuk para korban dan pengingat bagi kita semua bahwa tragedi seperti ini tidak boleh terjadi lagi.

“Mari kita bersama-sama mendukung keadilan, pertanggungjawaban, dan peringatan bagi para korban tragedi Kanjuruhan. Mari kita pastikan bahwa hidup mereka tidak pernah dilupakan, dan keluarga mereka menerima keadilan yang layak mereka terima,” tutup Dyan. (dam)

Exit mobile version