Flu Babi Afrika Masuk Batam, Epidemiolog Berpesan Waspadai Hal Ini

Flu Babi Afrika Masuk Batam, Epidemiolog Berpesan Waspadai Hal Ini - flu babi - www.indopos.co.id

Ilustrasi peternakan babi. Foto: Freepik

INDOPOS.CO.ID – Epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, penyakit flu babi Afrika (African Swine Fever/ASF) belum berubah menjadi penyakit zoonotik atau dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Namun, semua pihak harus tetap waspada.

Baru-baru ini teridentifikasi sejumlah babi di Batam, Kepulauan Riau yang terkena African Swine Fever pada akhir April lalu. Itu dilaporkan Badan Pangan Singapura/Singapore Food Agency (SFA).

“Jadi, sejauh ini 100 persen, dia (ASF) sifatnya penyakit hewan saja. Jadi tidak ada potensi atau pun tanda menginveksi manusia,” kata Dicky saat dikonfirmasi wartawan, Jakarta, Kamis (11/5/2023).

Namun, perlu diingat bahwa virus di dunia itu jenis dan jumlahnya sangat banyak. Maka tak menutup kemungkinan bila suatu ketika flu babi Afrika dapat berubah menjadi zoonotik.

“Bukan tidak mungkin, suatu ketika memiliki kemampuan untuk zoonotik, virus, itu bukan hal yang tidak mungkin,” ujar Dicky.

“Artinya kita tahu, babi ini hewan yang secara kondisi beberapa memiliki banyak penyakit bisa ditularkan ke manusia. Ini harus diwaspadai,” sambungnya.

Kasus flu babi Afrika bukan hal baru di Indonesia, selain di Batam pernah terdeteksi di NTT. Menurutnya, memang sudah relatif lama teridentifikasi oleh Singapura yang mengimpor babi dari Batam.

Singapura telah menutup impor babi hidup dari Indonesia setelah ditemukan virus flu Afrika atau African Swine Fever (ASF). Babi yang terjangkit virus tersebut berasal dari peternakan di Pulau Bulan, Batam.

Ada temuan di dalam daging babi yang dipotong di sebuah tempat pemotongan hewan di Jurong, Singapura. Penyakit babi tersebut sangat mudah menyebar di antara babi liar dan babi domestik, namun belum menular ke manusia. (dan)

Exit mobile version