Kemenkes: 25 Provinsi Berstatus Endemi Rabies, 8 Provinsi Dinyatakan Bebas

hewan-berpenyakit-rabies

Ilustrasi hewan berpenyakit rabies. Foto: Freepik

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengemukakan ada puluhan provinsi di Tanah Air berstatus endemi rabies. Sebagian provinsi lainnya dinyatakan bebas dari temuan penyakit tersebut.

Rabies merupakan salah satu penyakit tertua dan paling menakutkan yang pernah diketahui manusia. Karenanya penyakit tersebut merupakan tantangan besar Indonesia. Dalam 3 tahun terakhir tercatat ada Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) rata-rata 81.373 kasus, dan kematian rata-rata 68.

“Ada 25 provinsi yang menjadi endemis rabies, hanya delapan provinsi yang bebas penyakit rabies,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Dokter Imran Pambudi di Jakarta, Jumat (2/6/2023).

Adapun jumlah delapan provinsi tersebut di anatranya, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta,Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua Barat, dan Papua.

Sebanyak 95 persen kasus manusia didapatkan lewat gigitan anjing yang terinfeksi. Ada beragam hewan liar yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai benua seperti rubah, kunks, rakun, kelelawar.

Gejala awal rabies pada manusia di antaranya timbul demam, lemas, lesu, tidak nafsu makan/ anorexia, insomnia, sakit kepala hebat, sakit tenggorokan dan sering ditemukan nyeri.

“Setelah itu dilanjut dengan rasa kesemutan atau rasa panas (parestesi) di lokasi gigitan, cemas dan mulai timbul fobia yaitu hidrofobia, aerofobia, fotofobia sebelum meninggal dunia,” ucap Imran.

Sementara upaya yang telah dilakukan dalam penanggulangan Rabies di Indonesia. Melakukan koordinasi secara berkala dengan Lintas Kementerian/Lembaga melalui pendekatan One Health.

Selain itu, menyediakan Pedoman Penanggulangan Rabies untuk seluruh Faskes tingkat pertama dan lanjutan. Melatih pengelola program zoonosis baik dari sektor kesehatan manusia, hewan, maupun satwa liar

“Menyediakan kebutuhan logistik berupa Vaksin Anti Rabies (VAR) dan Serum Anti Rabies (SAR), menyediakan Media KIE untuk seluruh Faskes tingkat pertama dan lanjutan,” beber Imran.

Melakukan penyelidikan epidemiologi terpadu (sektor kesehatan manusia, hewan, dan satwa liar) jika terjadi peningkatan kasus/KLB.

Melakukan surveilans pada manusia melalui sistem kewaspadaan dini dan respon dan membentuk Rabies Center.(dan)

Exit mobile version