INDOPOS.CO.ID – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengecam tindakan kekerasan terhadap wartawan ketika meliput diskusi Generasi Muda Partai Golkar (GMPG) di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (26/7/2023) siang. Apalagi kasus tersebut terus berulang memasuki tahun politik 2024.
“Kasus kali ini merupakan kasus kekerasan terhadap jurnalis, yang terus berulang menjelang tahun politik 2024,” kata Ketua Divisi Advokasi dan Ketenagakerjaan AJI Jakarta Irsyan Hasyim dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis saat meliput peristiwa kerusuhan bisa dikategorikan sebagai sensor terhadap produk jurnalistik.
Perbuatan itu termasuk pelanggaran pidana yang diatur dalam Pasal 18 UU Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers. Setiap orang yang menghalangi kebebasan pers diancam penjara maksimal dua tahun, dan denda maksimal Rp500 juta.
“Kami mendesak seluruh pihak untuk menghormati dan mendukung iklim kemerdekaan pers, tanpa ada intimidasi dan penghalangan kerja jurnalis di lapangan,” ujar Irsyan.
Polis harus menangani kasus kekerasan terhadap wartawan. Tindakan tersebut tak bisa dibenarkan dengan alasan apapun.
“Mendesak aparat kepolisian untuk menindak pelaku kekerasan dan intimidasi terhadap jurnalis menggunakan delik pidana UU Pers Pasal 18 ayat (1),” ucap Irsyan.
“Kami juga mengimbau kepada para pimpinan media massa, untuk bertanggung jawab menjaga dan mengutamakan keselamatan jurnalisnya,” tambahnya.
Ada dua wartawan mendapat tindakan kekerasan, di antaranya juru kamera Kompas TV dan reporter dari CNN Indonesia. Bahkan telah membuat laporan ke Polda Metro Jaya. Laporan teregister dengan nomor No: STTLP/B/4348/VII/2023/SPKT.(dan)