Pemerintah Buka Opsi Sanksi Jika Kasus Bayi Kritis Temukan Unsur Kelalaian

Bayi-2

Ilustrasi bayi. Foto: Freepik

INDOPOS.CO.ID – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) angkat bicara soal laporan bayi berusia 1,5 bulan menjadi korban dugaan malpraktik perawat di Rumah Sakit Anak Bunda (RSAB) Harapan Kita, Jakarta Barat. Perawatan intensif dan pemantauan kondisi medis masih dilakukan kepada bayi tersebut.

Bayi itu bernama Lanala Ayudisa Halim. Dia didiagnosa kelainan fungsi hati. Kondisinya memburuk, kejang dan pendarahan karena perawat diduga salah memberikan susu.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, tindakan medis yang dilakukan terhadap bayi tersebut telah disampaikan kepada pihak keluarga. Bayi itu diketahui sempat kritis di ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

“Saat ini, bayi sedang dalam penanganan rumah sakit yang bersangkutan dan keluarga sudah mendapatkan penjelasan terkait tindakan yang akan dilakukan,” kata Nadia melalui gawai, Jakarta, Sabtu (19/8/2023).

Ia mengharapkan, pihak rumah sakit menyampaikan kondisi dialami pasien tersebut dilakukan secara komprehensif. Sehingga informasi yang beredar tidak simpang siur.

“Tentunya kita berharap komunikasi dan penjelasan terkait ini bisa disampaikan oleh pihak rumah sakit kepada keluarga pasien. Terkait dugaan tersebut saat ini masih dipelajari oleh rumah sakit,” ucap Nadia.

Kemenkes tak menutup kemungkinan bakal memberikan sanksi terhadap rumah sakit, jika terbukti ada kelalaian dilakukan oleh perawat. Sekaligus menelusuri kejadian yang sebenarnya.

“Nanti kita lihat dulu ya kejadiannya, seperti apa dan apakah ini ranah sanksi kelalaian yang masuk ranah mana,” ujarnya.

Bayi Lanala dirawat di RSAB Harapan Kita pada 11 Juli 2023 atau saat berusia 29 hari. Dia mendapat perawatan di ruang bedah anak konservatif.

Humas RSAB Harapan Kita, Nia Kurniati mengemukakan, bayi Lanala mengalami berbagai masalah serius dalam tubuhnya. Pihaknya tidak ada rencana operasi dalam waktu dekat karena masih fokus pada perbaikan kondisi umum pasien.

“Karena high output stoma, pasien dipuasakan, diberikan TPN (Terapi Parenteral Nutrisi), sehingga produksi stoma menurun. Mulai minum kembali bertahap. Begitu mencapai volume 8×20 mL, produksi stoma meningkat kembal,” ujar Nia saat dikonfirmasi wartawan.

Saat ini bayi Lanala ditangani tim dokter gabungan yakni dokter Spesialis Bedah Anak,  Bedah saraf, dokter Anak Subspesialis gastrohepatologi, Subspesialis Nutrisi dan penyakit metabolik, Subspesialis Neurologi dan Subspesialis Infeksi. (dan)

Exit mobile version