Siswa di Lamongan Tewas Diduga Dianiaya, Pengamat: Mutu Pendidikan Itu Toleransi

Kekerasan-Anak-IP

Ilustrasi kekerasan terhadap anak. Foto: Dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Sistem pendidikan di Indonesia belum mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga anak-anak (siswa) tidak memiliki sifat berperikemanusiaan. Kondisi tersebut menyebabkan sistem pendidikan nasional harus dibenahi.

“Bicara mutu, hasil proses pendidikan itu ya toleransi. Ini kita ambil dari pernyataan Helen Keller penyandang disabilitas buta tuli yang pertama kali meraih program S1,” kata Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji kepada redaksi, Sabtu (2/9/2023).

“Kalau siswa kita masih intoleransi, maka mutu pendidikan kita buruk,” imbuhnya.

Indra berharap di 2024 nanti terpilih pemimpin yang komitmen pada pendidikan di Indonesia. Karena, selama banyak perilaku siswa yang tidak mengindahkan perikemanusiaan dan kebiadaban, maka sistem pendidikan di Indonesia belum baik-baik saja.

Sebelumnya, sseorang siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs), MHN yang juga santri Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah di Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur meninggal karena diduga dianiaya. Hingga saat ini 17 orang saksi dari para santri dan pengajar diperiksa secara maraton oleh penyidik Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor (Polres) Lamongan.(nas)

Exit mobile version