INDOPOS.CO.ID – Ketua DPR RI Puan Maharani menyoroti kasus prostitusi online yang melibatkan anak di bawah umur sebagai korban. Ia menekankan pentingnya peran keluarga dan lingkungan agar anak tidak terjerumus dalam lingkaran perdagangan orang berbalut prostitusi.
“Keluarga sangat berperan dalam memberikan pengawasan memadai, ini mencakup mengetahui dengan siapa anak berinteraksi dan apa yang mereka lakukan di luar rumah,” kata Puan dalam rilisnya, Rabu (27/9/2023).
“Selain itu di era gencarnya media sosial, menjadi tanggung jawab dan kontrol orang tua pada aktivitas online anak juga sangat penting,” tambah mantan Menko PMK itu.
Seperti diketahui, praktik prostitusi online dengan korban anak di bawah umur yang baru saja terjadi diungkap oleh jajaran Polda Metro Jaya. Melalui patroli sibernya, pihak kepolisian mengamankan seorang mucikari berinisial FEA yang diamankan di daerah Johar Baru, Jakarta Pusat.
Modus yang digunakan FEA ialah menjajakan perempuan di bawah umur menggunakan media sosial. Anak-anak yang dijadikan korban ini diberikan tarif sekitar Rp1,5 juta hingga Rp8 juta untuk sekali kencan. Dari hasil itu, pelaku mendapatkan keuntungan sekitar Rp2 juta sampai Rp 4 juta.
Puan mengatakan, penguatan peran keluarga dalam melindungi anak-anaknya juga menjadi tanggung jawab Pemerintah. Mulai dari edukasi, sosialisasi, hingga regulasi khususnya terkait penggunaan media sosial.
“Bagaimana Pemerintah turut andil memberikan literasi yang baik bagi orang tua di tengah era kemajuan teknologi ini. Karena Negara punya tanggung jawab terhadap generasi muda bangsa, yang tidak terlepas dari peran keluarga dan lingkungan sekitarnya,” ujar Puan.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini pun menekankan, Pemerintah perlu memperdalam program-program berkaitan dengan ketahanan keluarga. Puan menilai, perlu ada program layanan konseling keluarga bagi keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Orang tua harus mendengarkan perasaan dan kekhawatiran anak-anak mereka tanpa menghakimi. Tapi terkadang, orang tua kerap kesulitan menjalin komunikasi dengan anak karena beberapa alasan. Pemerintah dapat memfasilitasi dengan program-program konseling keluarga,” tuturnya.
Puan menyebut, keterbukaan komunikasi dapat memudahkan anak menceritakan hal-hal yang dialaminya. Hal tersebut juga dapat memberikan anak-anak kepercayaan diri untuk berbicara tentang pengalaman atau tekanan yang mereka rasakan.
“Dukungan dari lingkungan pendidikan juga diperlukan. Baik pendidikan konvensional seperti di sekolah, atau lingkungan pendidikan agama dan support system lainnya,” ujar Puan.
Bukan hanya itu, pendidikan seksual dari keluarga dan lingkungan terdekat juga dipandang penting untuk dimiliki anak. Dengan memiliki informasi yang tepat dan sehat tentang pendidikan seksual, menurut Puan, hal tersebut dapat mencegah perbuatan tercela yang dapat merusak masa depan anak apapun bentuknya.
“Orang tua harus memberikan informasi yang akurat dan mendukung diskusi seputar seksualitas dengan pendekatan yang sesuai dengan usia anak. Sehingga anak akan merasa lebih berwawasan dalam hal seksual sehingga tidak mudah dirayu untuk masuk ke dalam lingkaran prostitusi,” sebut cucu Bung Karno tersebut. (dil)