Pesan Wamenag ke Pemuda Buddhis: Jangan Sampai Pemilu Buat Kita Tercerai Berai

Pesan Wamenag ke Pemuda Buddhis: Jangan Sampai Pemilu Buat Kita Tercerai Berai - wamenag ip - www.indopos.co.id

Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat Dasuki, saat membuka diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD) Moderasi Beragama dan Talk Show “Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia" di Aula HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (28/10/2023). Foto: Kemenag RI

INDOPOS.CO.ID – Wakil Menteri Agama (Wamenag) Saiful Rahmat Dasuki mengajak pemuda Buddhis menyukseskan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) pada Februari 2024.

Pesan ini disampaikan Wamenag saat membuka diskusi kelompok terpumpun (focus group discussion/FGD) Moderasi Beragama dan Talk Show “Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia” di Aula HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Sabtu (28/10/2023).

Saiful mengatakan, pemuda Buddhis memiliki tanggung jawab yang besar untuk ikut menyukseskan Pemilu agar bisa terlaksana dengan aman jujur dan adil. Pemuda juga harus memiliki kesadaran tinggi bahwa Pemilu bukanlah agenda bangsa yang membahayakan sehingga bisa merenggangkan atau memisahkan ikatan persatuan.

Menurut Wamenag, pemilu adalah pesta dan proses demokrasi yang berulang.

“Jangan sampai Pemilu membuat kita tercerai berai dan masyarakat terbelah. Cukup berbeda pada pilihan kita saja, setelah itu akan terbentuk pemerintah yang baru dan kemudian kita bisa menyatu. Karena itulah perlu komitmen bersama seluruh komponen anak bangsa terutama para pemuda untuk mewujudkannya,” ujar Saiful, di Jakarta, Sabtu (28/10/2023).

Wamenag juga mengingatkan pemuda Buddhis punya peran besar dalam mewujudkan Indonesia Emas pada 2045. Prinsip-prinsip kuat dan positif yang dianut umat Buddha, misalnya kegigihan, kejujuran, serta tak mudah menyerah menjadi modal besar dalam membangun peradaban bangsa yang lebih maju.

“Apa yang dilakukan Sang Buddha memotivasi kita untuk meneladani kegigihan dalam menggapai tujuan. Seorang pemuda, tidak boleh pesimistis dan mudah putus asa dalam meraih impian dan cita-cita. Pemuda harus senantiasa dinamis, enerjik, berpikir positif, gigih, berintegritas, dan termotivasi untuk senantiasa belajar dan mengembangkan diri. Apalagi sebentar lagi kita akan menyongsong Indonesia Emas 2045,” kata dia.

“Bonus demografi yang menjadi modal utama Indonesia Emas tidak boleh disia-siakan dan berlalu begitu saja. Indonesia harus mempersiapkan semua itu dengan sebaik-baiknya dari sekarang, terutama mempersiapkan SDM generasi muda. Karena itu peran pemuda Buddhis sangat berarti dalam menyongsong Indonesia Emas,” tambahnya.

Direktur Jenderal Bimas Buddha Supriyadi menambahkan, FGD Moderasi Beragama dan Talk show “Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia” digelar untuk memberikan ruang dan semangat baru bagi pemuda dalam menghadapi Indonesia Emas.

Supriyadi optimistis Indonesia akan bisa terwujud karena dalam sejarahnya para pemuda terbukti aktif dalam kontribusinya terhadap kemajuan bangsa.

“Ada 300 pemuda yang kita undang dalam acara ini, namun faktanya lebih dari itu yang hadir. Mereka berasal dari berbagai unsur organisasi pemuda dan beragam aliran. Ini menunjukkan ada kekuatan besar bahwa pemuda Buddhis memiliki spirit yang tinggi untuk memajukan Indonesia lewat momentum peringatan Sumpah Pemuda kali ini,” terangnya.

Para pemuda Buddhis mengapresiasi FGD Moderasi Beragama dan Talk show “Muda Berkarya Pemuda Buddhis Indonesia”. Lewat ajang ini, mereka mengaku bisa berdiskusi, berdialog dan menyamakan persepsi untuk kemajuan bangsa ke depan.

Ketua Umum Pemuda Theravada Indonesia Michael Kirana mengatakan, kegiatan ini menjadi sarana yang efektif untuk meneguhkan kembali para generasi muda akan pentingnya makna persatuan bangsa. Apalagi saat ini Indonesia tengah bersiap menghadapi Pemilu pada 2024.

“Kami kembali diingatkan untuk semakin mencintai Tanah Air. Pemuda juga memiliki peran besar dalam menjaga keharmonisan, ketertiban dan keamanan masyarakat,” tuturnya.

Sementara Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia (Hikmahbudhi) Wiryawan menyebut menjelang pemili 2024, rasa persatuan dan kesatuan bangsa juga sangat dibutuhkan. Antisipasi adanya polarisasi di tengah masyarakat, dapat dilakukan dengan meningkatkan ruang-ruang diskusi.

“Apalagi di kalangan pemilih pemuda yang jumlahnya mencapai 107 juta, maka sangat diperlukan berbagai kegiatan yang membuka ruang diskusi dan berdialog menyampaikan berbagai hal positif dan membawa persatuan,” jelasnya.

Wiryawan juga meyakini, kalau suasana menjelang pemilu 2024 relatif lebih kondusif, mengingat masyarakat sudah banyak yang belajar dari perjalanan tahun politik 2019. (rmn)

Exit mobile version