Ketum PWI: Wartawan Harus Terangsang Berprestasi, Ikuti Penghargaan Jurnalistik Adinegoro

Ketum PWI: Wartawan Harus Terangsang Berprestasi, Ikuti Penghargaan Jurnalistik Adinegoro - zoom - www.indopos.co.id

Webinar Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2023. Foto: Dok. PWI

INDOPOS.CO.ID – Anugerah tertinggi jurnalistik Adinegoro sejak awal diberikan untuk pencapaian tertinggi karya jurnalis dalam setahun oleh karena itu wartawan dari seluruh Indonesia agar terangsang untuk berprestasi, kata Hendry Ch Bangun, Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat.

Berbicara ketika membuka webinar Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2023, Ketua Umum PWI ini mengingatkan bahwa tema Merawat Semangat Kebangsaan dan Demokrasi dapat diterjemahkan dalam berbagai bidang yang ditekuni oleh para wartawan.

“Tidak harus berkaitan dengan tahun politik tetapi juga dapat diimplementasikan ke berbagai bidang meskipun kegiatan yang mengawali atau road to Hari Pers Nasional. (HPN) yang puncaknya 9 Febuari 2024 kami juga akan mengundang tiga pasangan Capres dan cawapres mendatang,” kata Hendry Ch Bangun.

Webinar Penghargaan Adinegoro yang bernama asli Djamaluddin Adinegoro gelar Datuak Maradjo Sutan menghadirkan nara sumber Adiwarsita, anak ketiga dari alm Adinegoro, Uni Lubis, Wakil Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat, Priyambodo RH, Sekretaris Yayasan Sekolah Jurnalisme Indonesia PWI pusat dengan moderator Ahmed Kurnia, Direktur sekolah tersebut.

“Pesan saya untuk Anugerah Jurnalistik Adinegoro (AJA) 2023 sebagai prestasi tertinggi jurnalistik di Indonesia lebih digaungkan oleh PWI di Daerah karena wartawan harus berkompetisi dan berprestasi mendapatkan penghargaan tertinggi ini,” kata Ketum PWI, Hendry Ch. Bangun.

Uni Lubis yang juga Ketua I Dewan Pengarah HPN 2024 sebagai nara sumber mengingatkan bahwa di luar negri, penghargaan AJA ini setara dengan penghargaan Pulitzer, bentuk penghargaan tertinggi dibidang jurnalisme di Amerika Serikat.

Mengenai tema yang dipilih maka transisi kepemimpinan nasional mendatang dapat ditulis dengan berbagai sudut pandang dari para peserta AJA dan mendorong peserta untuk memahami nilai-nikai dan pesan moral dari Adinegoro sebagai tokoh wartawan RI pertama yang memperdalam jurnalistik di Jerman dan pernah memperdalam pengetahuan mengenai geografi, kartografi, dan geopolitik di Jerman dan Belanda (1926-1930).

Sementara itu, Adiwarsita sebagai anak ke tiga Adinegoro mengatakan ayahnya adalah orang yang konsisten sebagai jurnalis dan terus menulis bahkan hingga larut malam meskipun tulisannya belum tentu dibaya dan menghasilkan uang.

” Ayah itu nasehatnya bagus karena ilmu filsafatnya tinggi meski selalu fokus pada jurnalistik dan selalu melakukan sesuatu dengan hasil terbaik, bukan tipe wartawan amplop dan sangat menjaga integritas sebagai wartawan,” kata Adiwarsita.

Nara dumber lainnya, Priyambodo RH mengungkapkan bahwa hasil temuannya bersama Lembaga Pers Dr Soetomo ada sedikitnya 25 buku karya Adinegoro yang diterbitkan dan isinya masih mewakili jaman. ” Misalnya buku Falsafah Ratu Dunia terbitan Balai Pustaka tahun 1948, beliau mengatakan pers kerap disebut ratu dunia tapi sebenarnya pers cuma alat karena yang terpenting adalah public opinion,”

Para wartawan perlu mengenal dengan baik sosok Adinegoro melalui buku dan tulisan lepasnya yang penuh nasehat agar wartawan paham dan pandai mengenal kepentingan umum atau kepentingan pribadinya.

” Wartawan jangan merasa cerdas karena modalnya hanya 5 W plus 1 H dan tidak bisa memihak apalagi mau menyenangkan semua orang. Kalau ingin menyenangkan semua orang jadi pemain tonil saja,” kata Priyambodo.

Semua buku karyanya bisa menjadi bekal wartawan dalam mendalami profesinya karena Adinegoro seseorang yang multitalenta dan juga memiliki kemampuan berpikir mendahului zaman atau futurologi. Dia juga pandai menuangkan artikel perjalanannya ( travel writing) dan persoalan perempuan dan anak.

Adiwarsita menambahkan ayahnya bahkan memberikan saran pada kakak tertuanya untuk belajar geologi di luar negeri karena kelak berguna pengetahuannya bagi bangsa dan negara karena Indonesia memiliki banyak kekayaan tambang.

Webinar yang diikuti peserta dari berbagai organisasi media dan anggota DPD PWI ini juga dihadiri oleh para pengurus DPP PWI a.l Artini Suparmo, Ketua Bidang Anugerah Adinegoro DPP PWI. (bro)

Exit mobile version