INDOPOS.CO.ID – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus melakukan pembenahan besar-besaran untuk meningkatkan produksi pangan strategis utamanya padi dan jagung. Di antaranya dengan penggunaan teknologi, pendampingan petani melalui penyuluh, mekanisasi pertanian, penggunaan benih unggul serta optimalisasi lahan marjinal seperti lahan rawa mineral.
Potensi lahan rawa mineral yang ada di Indonesia menurut Mentan Amran ada sekitar 10 juta hektar yang jika di tahun 2024 nanti digarap 1 juta hektar dengan baik maka akan menambah peningkatan produksi beras sebanyak 2,5 juta ton.
“Indonesia akan berdaulat dan menjadi negara pengekspor beras di tahun 2027 dengan produksi beras dari lahan itu 10 juta ton dengan syarat dalam setiap tahunnya ada peningkatan lahan 1 juta hektar, sehingga ada penambahan produksi 2,5 juta ton beras setiap tahunnya,” kata Mentan Amran saat berdiskusi bersama pimpinan media di Jakarta, Kamis 2 November 2023.
Diketahui, Amran merupakan Menteri Pertanian 2014-2019 yang saat ini kembali dipercaya presiden jokowi untuk memimpin kementerian pertanian di sisa periode 2019-2024. Selama menjabat, Amran berhasil mewujudkan swasembada beras, jagung dan bawang merah yang terjadi pada 2017 lalu. Dia bahkan berhasil membawa kementan meraih WTP dari BPK pada 2016, 2017, 2018 dan 2019. Juga menerima penghargaan anti Gratifikasi KPK pada 2017 dan 2018.
Amran mengatakan, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi negara terkuat di dunia melalui pengelolaan pertanian. Karena itu, dia ingin jajarannya bekerja keras dan memiliki integritas.
“Saya tidak suka basa basi yang penting capai prestasi. Karena itu saya minta tingkatkan kualitas kerjanya dan untuk merah putih jangan ada yang main-main di sektor pertanian,” ujar Amran.
Amran dikenal memiliki ketegasan dalam memimpin oleh karena itu, ia diberi penghargaaan pembina terbaik jabatan fungsional Pengelolaan barang dan jasa dari LKPP, penghargaan keterbukaan informasi publik dari Komisi Informasi Pusat.
Gebrakan atau program Amran yang nyata adalah selamatkan rawa sejahterakan petani (Serasi) seluas 500 ribu hektar di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, kemudian program teknologi mekanisasi yang membuat produksi dalam negeri semakin tinggi.
Hasilnya, tahun 2016, Indonesia dinyatakan swasembada beras. Capaian tersebut menurut Kundhavi Kadiresan, FAO Regional Representative untuk Asia, merupakan hasil dari investasi pemerintah khususnya Kementan.
Apresiasi sejenis juga disampaikan berbagai lembaga internasional. Bank Dunia, salah satunya, dalam outlook Perkiraan Produksi Beras 2018 yang dirilis pada Oktober 2017, Indonesia ditempatkan sebagai negara yang mampu memasok kebutuhan pangan rakyat walau dunia tengah dilanda kekeringan sama halnya seperti yang sedang kita amali sekarang ini.
Data Global Food Security Index The Economist juga menunjukkan ketahanan pangan Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan. Jika pada 2016, ketahanan pangan Indonesia berada di peringkat 71 dari 113 negara, maka di tahun 2017 peringkatnya melompat di posisi 21. Posisi tertinggi bila disandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Tidak sampai di situ, Amran juga mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah perbatasan, dengan meningkatkan pendapatan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, dan penghasilan devisa melalui ekspor komoditas pangan.
Melalui Kabupaten Entikong, Sambas, Nunukan dan Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia berhasil mengekspor sejumlah pangan organik ke Malaysia. Indonesia juga melakukan ekspor sawit dan sejumlah bahan pangan ke Papua Nugini melalui Kabupaten Merauke.
Amran menambahkan, semua capaian tersebut merupakan capaian bersama karena adanya kerja keras, kejujuran dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada. Karena itu, dia ingin semua capaian tersebut dapat diraih di tahun ini dan masa mendatang.
“Kuncinya harus kerja keras dan kerja cerdas. Semua harus bergerak menatap masa depan yang lebih baik,” jelasnya. (srv)