Selamat Jalan Ibu Karsiyah, Perjuangan Reformasi Belum Tuntas

Selamat Jalan Ibu Karsiyah, Perjuangan Reformasi Belum Tuntas - demo ip - www.indopos.co.id

Ilustrasi reformasi. Foto: dokumen INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Karsiyah, ibu kandung Hendriawan, Pahlawan Reformasi mahasiswa Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 1996 yang tewas tertembak dalam aksi demonstrasi 12 Mei 1998. Peristiwa ini dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Minggu (26/11), telah berpulang menghadap Yang Kuasa, pukul 09.30 WIB. Jenazah di rumah duka Jalan Tanjung Gedong, Jakarta Barat.

Juru Bicara Gerakan Aktivis (GERAK) 98 Abraham Leo, mengucapkan duka mendalam. Perjuangan Ibu Karsiyah, kekuatan, kepedihan kehilangan putra semata wayang, yang kini kita rasakan perjuangannya membawa alam reformasi di republik, kini telah berbahagia bersama Hendriawan di surga.

“Kami GERAK 98 mengalami duka yang mendalam, kekuatan, kepedihan Ibu Karsiyah adalah semangat Kami. Melalui perjuangan Hendriawan, Kita berada di jalur perubahan. Era kediktatoran, era rezim KKN, era penggunaan kesewenang-wenangan negara untuk melanggengkan kekuasaan menuju kemunduran demokrasi tumbang berganti era harapan, era reformasi,” Abraham Leo.

Abraham Leo yang sering disebut Abe, Aktivis 98 dan Mahasiswa Pancasila menyatakan Ibu Karsiyah, Ibu Sumarsih dan keluarga yang ditinggalkan terus melakukan Aksi Kamisan di depan Istana Negara, bukan sekali tetapi ratusan dan hingga kini, 25 tahun berlalu adalah ibu pejuang yang teruji komitmennya, memberikan kami kekuatan untuk terus melakukan perlawanan mengawal reformasi tetap berada di jalan yang benar.

“25 tahun berlalu sejak reformasi 1998. Ibu Karsiyah, Ibu Sumarsih dan keluarga konsisten terus melakukan Aksi Kamisan, di depan penguasa Istana Negara. Tidak bergeming, menyuarakan putranya yang gugur demi bangsa. Komitmen kuat ini adalah bensin penggerak adrenalin kami untuk terus berada di jalan reformasi. Tidak melakukan kompromi, bekerjasama dengan pelaku, kolaborator, yang mencoba-coba menarik mundur jalan reformasi,” katanya.

Hisia Martogi Lumban Gaol atau sering dipanggil Togi, Aktivis 98 dan Mahasiswa Manajemen Transportasi Udara Trisakti mengenang peristiwa Trisakti adalah momentum yang tidak pernah dilupakan dalam hidupnya. Anak-anak muda saat itu memiliki tujuan yang sama yakni perubahan, berpikir kritis, kemuakan terhadap kekuasaan yang sewenang-wenang membawa republik demi kepentingan pragmatis semata.

“Hendriawan bukan saja Pahlawan Trisakti tetapi Pahlawan Bangsa, semangatnya adalah obor. Darahnya yang mengalir di bumi pertiwi adalah torehan tinta kebenaran. Kami berjuang, melakukan perubahan. Kami muak dengan Orde Baru yang merusak negara demi kepentingan pragmatis. Harapan Kami, perjuangan Hendriawan, menjadi obor anak-anak muda saat ini untuk berpikir kritis, berani melawan pihak yang mencoba membawa kemunduran republik. Perjuangan Hendriawan tidak boleh terhenti,” ungkapnya. (ibs)

Exit mobile version