INDOPOS.CO.ID – Produk salah satu SMK Pusat Keunggulan (PK) terbukti telah memenuhi kebutuhan industri serta meningkatkan daya saing produk bangsa.
Kursi kereta api produksi siswa SMKN 2 Salatiga telah digunakan oleh PT Industri Kereta Api (PT INKA) dan dioperasikan pada rangkaian kereta api eksekutif hingga luxury produksi PT INKA.
“Sampai saat ini, kami sudah membuat dua tipe kursi kereta untuk kelas eksekutif. Untuk tipe yang terbaru sudah dipasang di gerbong kereta Taksaka yang beberapa waktu lalu itu sedang diuji coba,” kata Guru SMKN 2 Salatiga R Sartono dalam keterangan, Sabtu (16/12/2023).
Dia menambahkan, pembuatan kursi kereta api untuk kelas eksekutif model terbaru tersebut hampir 100 persen merupakan karya bangsa sendiri, mulai dari desain, material yang digunakan, hingga pengerjaan yang dilakukan murni oleh anak-anak SMK.
“Hanya tinggal dua komponen saja yang masih impor, sisanya sudah buatan dalam negeri semua,” ungkap Sartono.
Lebih jauh Sartono menuturkan, bahwa pembuatan kursi kereta api ini dilakukan secara kolaborasi dengan melibatkan satu politeknik, empat SMK, dan industri D’Tech Engineering yang berperan sebagai supervisi, desain, dan penanggung jawab risiko.
Sedikit berbeda dengan kursi kereta api yang dirancang sebelumnya, kursi kereta kelas eksekutif ini dirancang dengan sandaran kursi yang lebih panjang sehingga lebih nyaman. Selain itu, kursi kereta juga dilengkapi dengan soket untuk beberapa keperluan seperti mengisi daya pada ponsel dan sebagainya.
“Selalu ada inovasi baru yang ditawarkan dan dihasilkan oleh para pelajar SMK, khususnya di SMKN 2 Salatiga,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan, bahwa transformasi pendidikan baik di pendidikan tinggi maupun pendidikan vokasi telah merancang sistem pendidikan termasuk pendidikan vokasi yang lebih terbuka dan inovatif.
“Jadi tidak ada lagi sekat-sekat antara industri dan satuan pendidikan vokasi untuk saling berkolaborasi. Nilai insentif untuk kolaborasi industri dengan SMK Pusat Keunggulan telah mencapai Rp614 miliar rupiah dan akan terus kami tingkatkan,” ujar Nadiem.
Nadiem menambahkan, saat ini satuan pendidikan vokasi, termasuk SMK-SMK di Indonesia sudah tidak lagi mengenal kerja sama yang hanya MoU. Kini kerja sama dengan industri pada satuan pendidikan vokasi dilakukan dengan keterlibatan langsung industri dalam teaching factory maupun project based learning di sekolah maupun di perguruan tinggi vokasi. (nas)