INDOPOS.CO.ID – Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira membeberkan sejumlah hal yang mesti dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 7 persen. Salah satu dengan mengoptimalkan berbagai sektor pendorong ekonomi.
“Pertumbuhan penting tapi pemerataan sama pentingnya,” ungkap Bhima kepada wartawan, Selasa (19/12/2023).
Dia menjelaskan, ada banyak sumber pertumbuhan ekonomi yang dapat digarap untuk mengerek pertumbuhan yang berkelanjutan dan jangka panjang. Sebut saja pengoptimalan ekonomi hijau, ekonomi biru, dan ekonomi digital.
“Pertumbuhan bisa didorong dari motor ekonomi hijau dan ekonomi biru serta ekonomi digital,” jelas dia.
Pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya disandarkan sepenuhnya pada eksploitasi sumber daya alam (SDA). Sebab, eksploitasi SDA yang berlebihan malah dapat berdampak pada terganggunya sektor ekonomi yang lain.
“Jangan hanya eksploitasi SDA dengan hilirisasi yang merusak sendi ekonomi hijau dan biru untuk kejar pertumbuhan tinggi jangka pendek,” tegas Bhima.
Di sisi lain, pemerintah juga harus mulai meluncurkan strategi guna mengoptimalkan bonus demografi. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan kepastian upah laik bagi pekerja.
“Pemanfaatan bonus demografi juga mendesak dengan pembukaan lapangan kerja yang berkualitas dengan upah lebih baik,” jelas dia.
“Selama formulasi upah nya masih pakai UU Cipta Kerja, maka sulit mendorong daya beli masyarakat yang lebih tinggi. Sementara konsumsi rumah tangga porsinya cukup besar ke PDB,” imbuh dia.
Bhima pun menyebutkan harmonisasi kebijakan sebagai tantangan dalam upaya menggeber pertumbuhan ekonomi. Tanpa adanya harmonisasi, kebijakan pemerintah akan terlihat saling bertolak belakang.
“Tantangannya adalah tidak adanya harmonisasi arah pembangunan ekonomi ke depan. PLTU batubara misalnya dibangun masif untuk hilirisasi industri. Sementara investasi ekonomi hijau juga mau masuk. Jadi saling bertabrakan, kontradiktif,” ungkap dia.
Karena itu, pemerintah tidak boleh hanya sekedar mencanangkan program. Lebih dari itu, pemerintah harus memiliki komitmen untuk menjalankan program yang sudah diterapkan. Ketidakjelasan sikap pemerintah tentu akan membingungkan investor, dunia usaha, dan publik.
“Jangan sampai komitmen pembangunannya membingungkan investor, pengusaha dan masyarakat,” tandas dia.
Calon presiden (capres) 2024 Ganjar Pranowo menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia naik sebesar 7 persen pada tahun 2045. Menurut Ganjar, target tersebut bukan sesuatu yang mustahil atau ambisius.
Ganjar meyakini, program tersebut sangat mungkin digapai. Dia bahkan menyebutkan sudah mengantongi peta jalan (road map) sebagai acuan untuk mencapai target tersebut.
“Banyak yang bilang Ganjar ambisius. Padahal ini sangat mungkin dan saya yakin pasti bisa. Roadmap-nya sudah ada,” tegas Ganjar.
Menurut mantan Gubernur Jawa Tengah itu, apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mencapai 7 persen pada 2045, maka negara ini akan masuk dalam jebakan middle income trap. Jika itu terjadi maka bukan bonus demografi yang terjadi melainkan malapetaka demografi.
“Maka kita harus berjuang untuk mewujudkan itu. Effort-nya memang tidak boleh biasa-biasa saja,” ujar Ganjar.
Ganjar menegaskan, ada potensi yang bisa dikembangkan. Potensi-potensi tersebut akan menjadi motor penggerak dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi 7 persen.
Pertama, menjamin kepastian dan penegakan hukum. Jika negara kepastian dan penegakan hukum terjaga, maka investor akan berbondong-bondong datang berinvestasi. Imbasnya, lapangan pekerjaan akan muncul dan berujung pada masyarakat lebih sejahtera.
“Kalau KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) disikat, maka pajak kita bisa dioptimalkan. Pemasukan negara bisa tinggi karena tidak dikorupsi,” tegas Ganjar.
Capres nomor urut 3 ini menyebut hilirisasi yang sudah berjalan dilanjutkan hingga ke proses industrialisasi. Selain itu juga dengan mengoptimalisasi ekonomi baru seperti ekonomi hijau, ekonomi biru dan ekonomi digital dan kreatif.
“Kalau ini bisa dilakukan, angka pertumbuhan ekonomi 7 persen itu sangat mudah diwujudkan,” ujar Ganjar. (nas)