Program 21 Ganjar-Mahfud Kebijakan, Ekonom: Perlu Diuji Gagasan Secara Detil

debat

Calon presiden dalam debat presiden. Foto: istimewa

INDOPOS.CO.ID – Ekonom CORE Akhmad Akbar Susamto mengatakan, Program 21 Kebijakan milik pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Ganjar Pranowo-Mahfud MD lebih baik daripada program makan siang gratis dari paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.

“Program Ganjar yang 21 itu agak mendingan kalo dibandingkan Program Prabowo yang muter-muter di makan siang. Tapi masih perlu diuji gagasan detailnya.” kata Akbar kepada wartawan, Rabu (27/12/2023).

Program tersebut, di antaranya 1 Keluarga Miskin, 1 Sarjana; 1 Desa, 1 Faskes, 1 Nakes; KTP Sakti, Guru Ngaji Dapat Gaji. Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Aryo Seno Bagaskoro mengatakan, 21 program unggulan yang diusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD lebih hemat anggaran dan efektif untuk direalisasikan dalam waktu lima tahun.

Bicara besaran anggaran, Akbar mengingatkan bahwa anggaran pemerintah itu terbatas. Calon pemimpin harus realistis dalam membuat program dan penganggaran jika mereka nanti terpilih menjadi Presiden dan Wakil. “Yang perlu diingat oleh masing-masing calon adalah bahwa anggaran pemerintah itu terbatas. Pasangan manapun semestinya tidak terlalu mudah membuat janji yang tidak bisa direalisasikan,” sebut Akbar.

Anggaran dan program yang dimiliki paslon, sekali lagi harus realistis dan melihat kebutuhan masyarakat ke depan. Karena ruang untuk modifikasi anggaran sangat rendah. “Sekedar contoh. Tahun 2024, total anggaran belanja dalam APBN kita hanya 3.300an triliun. Dari jumlah ini, hanya 28 persen yang bersifat diskresioner (bisa diutak-atik secara bebas). Lainnya, sudah dipatok-patok untuk berbagai urusan yang nonkresionari,” jelas Akbar.

Termasuk soal gagasan makan siang gratis yang menurut Akbar tidak realistis. “Bayangkan, dari anggaran yang hanya 900 triliun yang bersifat diskresioner, apa jadinya kalo 400an triliun dihabiskan untuk makan siang gratis,” kata Akbar.

Program yang besar tentu membutuhkan pendanaan yang besar. Salah satu ide untuk menaikkan pendapatan pajak, menurut Akbar, tidak mudah. “Berdasarkan pengalaman selama 20 tahun terakhir, tidak mudah menaikkan pendapatan pajak. Rasio pajak kita tidak pernah lebih dari 12 persen. Artinya, tidak mudah untuk meningkatkan belanja, kecuali dengan utang,” ungkap Akbar.

Sebelumnya, juru bicara paslon Ganjar-Mahfud mengklaim, 21 program unggulan mereka berdasarkan riset ahli dan aspirasi rakyat. Ganjar-Mahfud mendesain program yang lebih bersifat sebagai “kail”, daripada menebar “ikan”. “Semuanya didasarkan pada riset, pandangan, dan simulasi para pakar multidisiplin ilmu, dan aspirasi rakyat yang didengarkan oleh Ganjar-Mahfud saat berkeliling ke berbagai daerah. Jadi tidak berangkat dari udara hampa,” kata Aryo. (nas)

Exit mobile version