INDOPOS.CO.ID – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar audit kasus stunting 2024. Kegiatan yang merupakan pelaksanaan tahun ketiga, yang dirangkai dengan peluncuran Buku Saku Audit Kasus Stunting 2024 yang memberikan penekanan pada kualitas pelaksanaan AKS. Acara ini diselenggarakan secara hybrid di Jakarta dan secara virtual yang ditayangkan Live Streaming melalui YouTube Channel @BKKBN Official.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Nopian Andusti, menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Kick Off Audit Kasus Stunting Tahun 2024, Selasa (16/1/2024), di Jakarta. Pada kesempatan yang sama hadir Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) secara virtual yang menyampaikan apresiasinya kepada semua jajaran yang telah mencapai audit kasus stunting dengan baik.
“Saya sering mengatakan apa underlying problem dan underlying disease dari kasus-kasus stunting yang ada di suatu wilayah. Sehingga kalau ada kasus di masyarakat, tentu kita bisa melakukan autopsi verbal atau bertanya. Kita tidak bisa melakukan autopsi klinis atau membedah orang dan melihat. Itu hanya untuk orang-orang yang sudah meninggal tentunya,” jelas dokter Hasto.
Dokter Hasto mengatakan BKKBN dengan jajarannya, bersama tim percepatan penurunan stunting, dan juga kementerian/lembaga terkait, memiliki tugas mengungkap permasalahan yang ada di seputar stunting, yang akan ditindaklanjuti kementerian/lembaga terkait.
“Itulah pentingnya audit, sehingga ketika sukses audit stunting, maka kita bisa menjawab dua permasalahan,” ujar dokter Hasto.
Dua permasalahan itu adalah bagaimana kasus-kasus secara individual bisa digali. Lalu, penyebabnya apakah bisa ditemukan. Dengan demikian akan ada rekomendasi yang bisa ditindaklanjuti Kementerian Kesehatan, dalam hal ini provider ataupun rumah sakit.
“Tugas kita mengantarkan sampai pada ditemukannya permasalahan secara individual. Sehingga di situ terungkap apa medical problem yang ada bagi individu. Yang kedua adalah bisa mengungkap health problem. Mungkin masalah sanitasi atau masalah penyakit menular yang ada di masyarakat. Sehingga AKS akan mengeluarkan dua rekomendasi.”
Ada rekomendasi yang bersifat individu, dan rekomendasi yang sifatnya untuk publik. “Untuk masyarakat terkait perbaikan yang ada di lingkungan,” ujar dokter Hasto.
Di akhir sambutannya dokter Hasto juga mengungkapkan, “Kalau daerah itu banyak kasus TB, maka rekomendasi audit kasus stuntingnya akan muncul juga kasus TB. Sehingga kebutuhan yang ada di wilayah itu adalah untuk TB, seperti berkurangnya nafsu makan pada anak stunting. Begitu juga masalah sanitasi yang kurang bagus. (Yang pasti) ada biological process yang dibangun di dalam audit kasus ini, mulai dari hulu sampai hilir.”
Dokter Hasto juga mencontohkan lingkungan atau pun sanitasi buruk yang menimbulkan diare, yang kemudian memicu munculnya kasus stunting. “Itu semua bisa terungkap di dalam audit kasus stunting,” tutup dokter Hasto. (ney)