Hasil Skrining Kesehatan: Hipertensi Risiko Tertinggi Para Petugas Pemilu 2024

Petugas-KPPS

Petugas KPPS di TPS 023 Kemang, Jakarta Selatan tengah melakukan penghitungan suara Pemilu serentak 2024. Foto: Dok Indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, sebanyak 6,8 juta petugas Pemilu 2024 mengikuti kegiatan skrining kesehatan. Dari jumlah tersebut, sekitar 6,4 juta petugas dinyatakan sehat, sementara 400 ribu petugas lainnya tergolong berisiko tinggi.

“Risiko tingginya paling banyak hipertensi, ini banyak sekali, yang kedua jantung. Dua ini yang paling besar,” kata Budi Gunadi dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (20/2/2024).

“Jadi makannya tolong diatur, jangan banyak-banyak garam, gula, dan lemak. Rokok juga kalau bisa dikurangi,” tambahnya.

Ia mengklaim, kegiatan skrining kesehatan untuk deteksi penyakit telah berhasil menekan angka kematian petugas pemilu 2024.

Berdasarkan data dihimpun dari KPU dan Bawaslu selama periode 14-18 Februari 2024, tercatat sebanyak 84 petugas Pemilu dikonfirmasi meninggal dunia.

“Dari KPU, angkanya 71 orang untuk tanggal 14-18 Februari, untuk Bawaslu ada tambahan 13 orang kurang lebih tanggalnya sama, jadi total yang meninggal sampai sekarang ada 84 orang,” kata Menkes Budi.

Jika dibandingkan Pemilu 2019, angka kematian tersebut telah berkurang. Bahkan, penurunan angka kematian mencapai 74 persen.

“Angka kematian tahun ini di kisaran 16 persen dari kematian sebelumnya. Artinya terjadi penurunan yang sangat drastis dari jumlah petugas yang meninggal dari pemilu sebelumnya,” tutur Budi.

Menurut Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti, dari 7,9 juta petugas pemilu yang terdaftar, sebanyak 6,8 juta orang atau 86,4 persen telah mengikuti skrining kesehatan.

“Dari skrining tadi, ada 398.155 orang yang berisiko penyakit dan kami beritahukan di dashboard yang bisa diakses oleh kementerian/lembaga dan petugasnya secara langsung,” beber Ghufron dalam kesempatan yang sama.

Faktor risiko yang paling banyak adalah hipertensi, diikuti jantung koroner, lalu gagal ginjal kronik dan diabetes melitus. (dan)

Exit mobile version