Merdeka Belajar Pastikan Murid Jadi Pembelajar Sepanjang Hayat

Merdeka Belajar Pastikan Murid Jadi Pembelajar Sepanjang Hayat - belajar mengajar siswa guru - www.indopos.co.id

Ilustrasi siswa belajar di kelas. Foto: Kemendikbudristek untuk INDOPOS.CO.ID

INDOPOS.CO.ID – Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Anindito Aditomo mengatakan, esensi dari kebijakan Merdeka Belajar adalah memastikan semua murid di Indonesia bisa mendapatkan pengalaman belajar dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat.

Salah satu makna Merdeka Belajar, menurut dia, adalah menciptakan manusia-manusia merdeka, yang dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah mereka mampu bertindak dan berpikir secara mandiri. “Mereka (murid) punya cita, rasa, karsa yang kuat, sehingga mereka bisa menjadi manusia mandiri,” kata Anindito dalam keterangan, Sabtu (2/3/2/24).

Ia mengungkapkan, selama ini perbaikan-perbaikan terhadap sistem pendidikan melalui kebijakan Merdeka Belajar dilakukan, agar pengalaman belajar di sekolah bertransformasi. Menurutnya, sekolah menjadi tempat yang menghargai anak secara lebih utuh, menggali bakat-bakat anak.

“Semua anak merasa bahwa dirinya pandai, senang belajar, dan mau belajar tanpa adanya paksaan,” terangnya.

Terkait penilaian kinerja guru melalui e-kinerja ia menjelaskan, bahwa dengan adanya perubahan dalam sistem penilaian, guru sebenarnya diberikan kesempatan untuk merefleksikan metode pengajarannya di kelas.

“Mereka dapat menentukan area mana yang perlu diperbaiki, apakah itu dalam penyusunan soal, kemampuan memberikan umpan balik kepada murid, atau dalam membentuk kesepakatan dengan murid,” katanya.

“Langkah pertama adalah mengidentifikasi hal apa yang ingin diperbaiki oleh guru,” imbuhnya.

Anindito menambahkan bahwa setelah melakukan refleksi, guru dapat mengikuti pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan perbaikan atau peningkatan kemampuannya. “Selanjutnya, guru dan kepala sekolah dapat berproses bersama, berdiskusi mengenai penerapan hasil pelatihan tersebut di kelas,” ungkapnya.

“Mereka dapat mengevaluasi apakah implementasi sudah baik atau masih ada kekurangan. Hal-hal ini kemudian dilaporkan pada akhir semester, seperti proses refleksi, komitmen, perbaikan satu aspek, mengikuti pelatihan, dan melakukan refleksi bersama dengan guru lain,” imbuhnya. (nas)

Exit mobile version