Ray Rangkuti: Prabowo-Gibran Sebaiknya Tidak Perlu Tarik Oposisi ke Koalisi

Ray Rangkuti: Prabowo-Gibran Sebaiknya Tidak Perlu Tarik Oposisi ke Koalisi - Ray Rangkuti - www.indopos.co.id

Pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti. (Dok. Lima)

INDOPOS.CO.ID – Pengamat politik Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti, menyampaikan bahwa banyak pesan tersebar luas yang menyerukan perlunya penghormatan terhadap pemenang setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurutnya, imbauan semacam ini telah menjadi hal umum bagi publik.

“Menghormati pilihan masyarakat yang tidak memilihnya dengan berada di luar kekuasaan koalisinya. Senyatanya, yang memilih pasangan Prabowo-Gibran adalah 58 persen. Sisanya yakni 42 persen menyatakan tidak memilihnya,” katanya dikonfirmasi indopos.co.id pada Kamis (25/4/2024).

Artinya, kata Ray, mereka memilih untuk berseberangan dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Alias berada di posisi oposisi.

“Di sinilah pentingnya sang pemenang menghormati pilihan 42 persen rakyat itu. Jangan menarik-nariknya ke dalam koalisi dalam bentuk penjatahan kabinet dan sebagainya,” tuturnya.

Ray menjelaskan, Prabowo-Gibran sebaiknya tidak lagi berusaha menarik atau menawari partai-partai yang tidak termasuk dalam koalisi mereka.

Karena jelas, dukungan yang diberikan oleh rakyat kepada mereka bukan untuk diperjualbelikan dengan janji posisi dalam kabinet atau kekuasaan lainnya, tak peduli alasan apa pun.

“Biarkanlah partai-partai tersebut tetap di luar pemerintahan sebagai kontribusi penting dalam memperkuat dan menjaga tradisi demokrasi yang sehat,” jelas Ray.

Ray berujar, selain itu, partai-partai yang tidak mendukung Prabowo-Gibran seharusnya mempertahankan kepercayaan yang diberikan oleh pemilihnya dengan tidak bergabung dalam koalisi Prabowo-Gibran.

“Jika pada akhirnya mereka tetap bergabung, sebaiknya hal ini diumumkan sebelum pemilihan presiden dilakukan. Hal ini khususnya penting bagi 3 partai politik yang mengadvokasi perubahan,” ujar Ray.

Selain itu, partai-partai ini sama sekali tidak memiliki dasar moral dan lainnya untuk bergabung ke koalisi Prabowo-Gibran.

“Mereka juga harus menghormati suara rakyat yang memilih mereka. Bukan hanya menghormati pemenang saja,” tandasnya.

Tak hanya itu, ada lagi yang menjadi kekhawatiran pasangan Prabowo-Gibran. Meskipun mereka memenangkan pemilihan dengan margin 58 persen dalam satu putaran, tampaknya ini tidak memberikan mereka kekuatan yang cukup untuk mengelola pemerintahan.

“Meskipun, di sisi lain, pencapaian ini dianggap sebagai bukti kepercayaan penuh dari rakyat pada mereka. Jika demikian, dengan dukungan besar dari pemilih, apa yang membuat mereka ragu-ragu dalam mengelola pemerintahan?,” kata Ray.

Ray menambahkan, dengan kemenangan 58 persen, apa yang membuat pasangan Prabowo-Gibran tidak percaya diri mengelola kekuasaan.

“Dalam hal ini, pemenang juga sudah semestinya move on. Move on dari rasa masih bersaing. Pemilu sudah selesai. Prabowo-Gibran sudah mendapat 58 persen suara. Saatnya move on, yang menang berkuasa, yang kalah beroposisi,” pungkasnya. (fer)

Exit mobile version