INDOPOS.CO.ID – Menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-6 September 2024, Second Chance Foundation bersama Ditjen Pemasyarakatan dan warga binaan menyiapkan cinderamata khusus.
Cinderamata khusus tersebut berupa stola, lukisan, dan miniatur lintingan koran dari Masjid Istiqlal serta Gereja Katedral.
Selain itu, mereka juga turut berpartisipasi dalam “Hati Polyhedra,” inisiatif Scholas Occurrentes.
“Cinderamata Stola yang dihasilkan oleh warga binaan ini terbuat dari kain tenun, batik tulis, dan tapis, yang menggambarkan kekayaan budaya Indonesia,” kata Ketua Yayasan Second Chance Foundation, Evy Amir Syamsudin dalam keterangan yang diterima INDOPOS.CO.ID pada Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, stola ini dibuat melalui kolaborasi dengan berbagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pemasyarakatan di seluruh Indonesia, melibatkan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di berbagai daerah.
“Proses pembuatan stola melibatkan dua warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Kupang yang membuat bahan dasar dari kain tenun, sementara 12 WBP perempuan dari Lapas Perempuan Kelas IIA Semarang dan Lapas Perempuan Kelas IIB Yogyakarta memproduksi kain batik tulis,” ujarnya.
Ia menambahkan, kain tapis yang dijahit tangan oleh 8 WBP perempuan dari Lapas Perempuan Kelas IIA Lampung juga turut melengkapi stola ini.
“Simbol-simbol tambahan dijahit oleh 8 WBP laki-laki di Lapas Pemuda Kelas IIA Tangerang, sehingga menciptakan sebuah karya yang unik dan mencerminkan semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’-walau berbeda-beda, tetapi tetap satu,” tuturnya.
Stola ini dirancang dengan warna-warna sesuai pedoman Gereja Katolik, yaitu ungu, hijau, merah, dan putih.
“Diharapkan stola ini dapat menjadi bagian dari liturgi yang akan dipimpin oleh Paus Fransiskus selama kunjungannya,” kata dia.
“Cinderamata ini tidak hanya merupakan persembahan dari WBP tetapi juga simbol persatuan dalam keberagaman Indonesia, yang berasal dari Sabang hingga Merauke,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Pemasyarakatan (KadivPas) Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta, Tonny Nainggolan mengatakan sebanyak 150 warga binaan dan anak-anak binaan turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Mereka juga diundang untuk mengekspresikan kenangan mereka melalui tulisan dan seni, yang kemudian dirangkai menjadi panel-panel segitiga,” jelasnya.
Panel-panel ini, kata Tonny, nantinya akan menjadi bagian dari struktur Polyhedra yang akan ditempatkan di Graha Pemuda, Lantai 4, kompleks Gereja Katedral Jakarta.
“Dua warga binaan yang aktif dalam kegiatan mandiri dan pengembangan kepribadian juga mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan Bapa Suci mewakili warga binaan lainnya dalam acara pertemuan dengan Orang Muda Scholas Occurrentes di Gedung Graha Pemuda pada tanggal 4 September 2024,” kata dia.
“Mereka hadir mewakili warga binaan laki-laki dan perempuan. Keberadaan salah satu wakil ini juga menunjukkan semangat juangnya untuk menjadi lebih baik meskipun dia juga menyandang disabilitas penglihatan,” tambahnya.
Sebagai informasi, Second Chance Foundation bekerja sama dengan Scholas Occurrentes, sebuah organisasi internasional yang didirikan oleh Paus Fransiskus, melalui proyek “Hati Polyhedra Indonesia – Unity in Diversity.”
Scholas berkolaborasi dengan Second Chance Foundation mengadakan tiga workshop pada tanggal 27-28 Agustus 2024 yang diadakan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas I Tangerang, Lapas Kelas IIA Tangerang, dan Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta.
Second Chance Foundation, bersama Lapas Kelas IIB Singaraja dan Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Bangli di Provinsi Bali, juga menampilkan miniatur Gereja Katedral dan Masjid Istiqlal yang terbuat dari lintingan koran bekas, diawali dengan sketsa dan lukisan sebagai referensi pembuatan miniatur.
Karya kreatif ini adalah hasil kerja dari 12 warga binaan dari kedua lembaga pemasyarakatan tersebut. Selain itu, sketsa dan lukisan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral yang dibuat oleh warga binaan dari Lapas Khusus Narkotika Kelas IIA Jakarta dan Lapas Kelas I Malang turut menjadi bagian dari persembahan ini, membawa pesan toleransi yang terjaga di Indonesia. (fer)