INDOPOS.CO.ID – Direktur Eksekutif Brand Politika Eko Satiya Hushada menyatakan keberatan dengan komentar pengamat politik dari Universitas Mulawarman (Unmul), Budiman yang mengajak masyarakat untuk tidak percaya dengan hasil survei opini publik yang dirilis lembaga survei di musim pilkada 2024 ini.
Pernyataan Budiman dinilai Eko merupakan pembodohan terhadap pemilih, sekaligus merusak reputasi lembaga survei. “Jangan ajak masyarakat untuk tidak percaya hasil survei dong! Ini pembodohan namanya,” kata Eko dalam keterangan, Sabtu (21/9/2024).
“Justru masyarakat harusnya diajak untuk memahami, survei opini publik itu apa? Bagaimana mekanismenya jika masyarakat merasa keberatan dengan hasil survei sebuah lembaga survei? Itu semua sudah diatur,” imbuh Eko.
Sebelumnya, Budiman menanggapi sejumlah hasil survei terkait elektabilitas pasangan calon calon peserta Pilkada Kaltim 2024, yakni pasangan Rudy Mas’ud – Seno Aji dan pasangan Isran Noor – Hadi Mulyadi. Budiman di media merasa janggal dengan hasil survei yang dilaksanakan beberapa kali dalam kurun waktu yang berbeda.
Dengan hasil yang menempatkan posisi pasangan Rudy-Seno sebagai pasangan dengan elektabilitas tertinggi, di atas pasangan Isran-Hadi, mantan gubernur dan wakil gubernur Kaltim itu. Menurut Eko, Budiman seharusnya memberi pendidikan atau pemahaman bagaimana membaca hasil survei yang dilakukan dalam waktu yang berbeda.
“Ya jangan disamakan survei bulan Juli 2024 misalnya, dengan bulan September 2024. Dimana, di bulan Juli belum ada pasangan calon, sementara Agustus 2024 sudah ada pasangan calon,” ungkapnya.
“Pertanyaan pada lembaran kuesioner tentu berbeda. Ini yang harus dijelaskan kepada publik. Jangan malah mengajak untuk tidak percaya hasil survei,” imbuh Eko.
Dijelaskan Eko, jika belum ada pasangan calon, maka pertanyaan untuk responden, itu dibuat beberapa simulasi. Misalnya, Rudy Mas’ud berpasangan dengan seorang tokoh, kemudian di pertanyaan lain, dipasangkan dengan tokoh lainnya. Begitu juga elektabilitas perorangan, tidak bisa dibandingkan dengan elektabilitas saat ini yang sudah berpasangan seperti saat ini.
“Ketika sudah ada pasangan, sudah mendaftar, sudah ketahuan siapa lawan-lawannya, itu berbeda hasilnya dengan ketika masih belum ada pasangan,” jelas Eko.
Ditambahkan Eko, khususnya untuk Pilkada Kaltim, Isran-Hadi itu memang sudah diketahui lama akan berpasangan kembali. Sementara Rudy-Seno baru diketahui belakangan ini. Ketika survei terakhir dimana Rudy sudah dipasangkan dengan Seno, dan terjadi lonjakan elektabilitas pada pasangan ini, menurut Eko, itu adalah hal biasa.
“Itu karena pemilih melihat kepastian, Rudy-Seno berpasangan. Mereka (pemilih) merasa cocok dengan pasangan ini. Kemudian melihat lawannya Isran-Hadi, mereka lebih memilih Rudy-Seno. Maka wajar jika kemudian elektabilitas Rudy-Seno menyalip Isran-Hadi. Jadi, gak ada yang aneh. Ditambah lagi mereka gencar bersosialisasi. Semakin dikenal, semakin disukai dan dipilih. Wajar itu,” tegas Eko.
Brand Politika sendiri, lembaga survei dan konsultan politik asal Jakarta ini, pernah melakukan survei Kaltim pada bulan Mei 2024 lalu. Saat itu, Rudy Mas’ud belum berpasangan. Berbeda elektabilitasnya dibanding setelah berpasangan dengan Seno Aji.
“Lebih tinggi, itu wajar. Ini normal. Jangan dianggap sebagai upaya membentuk opini, kemudian mengajak masyarakat untuk tidak percaya hasil survei. Sebagai pelaku survei, owner sebuah perusahaan survei, saya keberatan. Ini kerja-kerja ilmiah. Bisa dipertanggungjawabkan,” tegas Eko.
Eko menjelaskan, lembaga survei memiliki organisasi profesi, salah satunya bernama Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) yang bermarkas di Jakarta. Tujuan organisasi yang diketuai Philips J Vermonte ini membantu membentuk pandangan yang akurat terhadap opini masyarakat Indonesia. Integritas, kualitas, dan profesional menjadi prioritas utama dalam setiap survei.
Bagi anggota Persepi yang melanggar aturan atau merekayasa hasil survei, maka bisa ditindak oleh organisasi.
“Jadi, kalau masyarakat merasa ada hasil survei yang aneh, dicurigai rekayasa untuk pembentukan opini publik, adukan ke Persepi. Ada dewan etik yang akan memproses laporan itu. Jangan malah masyarakat diajak untuk tidak percaya hasil survei. Ada mekanismenya, lalui mekanismenya,” ujar Eko.
Bicara soal peluang kemenangan pasangan Rudy, menurut Eko, ini juga menyangkut bagaimana membaca laporan temuan survei. Dalam hal Rudy-Seno, pasangan ini menurut Eko, dalam berbagai survei, elektabilitasnya terus merangkak naik. Ini menunjukkan peluang yang besar bagi Rudy-Seno memenangkan Pilkada Kaltim 2024.
Begitu juga untuk pertanyaan ‘apakah Bapak/ibu menginginkan Isran Noor – Hadi Mulyadi kembali menjadi gubernur?”, jawaban ‘tidak menginginkan’, itu signifikan. “Ini seharusnya tidak terjadi pada petahana. Harusnya petahana itu besar keinginan pemilih untuk kembali menjadi kepala daerahnya,” ucapnya.
“Begitu juga terhadap elektabilitas, petahana harusnya di atas 50 persen. Something wrong (ada sesuatu yang salah) kalau petahana di bawah itu,” imbuh Eko. (nas)