INDOPOS.CO.ID – Dari ekonomi literasi finansial sangat penting. Sebab rendahnya literasi finansial dampaknya bukan saja pada individu, tetapi juga makro ekonomi.
Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo dalam acara daring, Sabtu (19/10/2024).
Ia mengatakan, seseorang yang finansial rendah, akan berdampak pada keputusan yang buruk. Dan keputusan tersebut biasanya berdampak munculnya hutang.
“Dan krisis pribadi ini akan menghambat perputaran uang di masyarakat menjadi kecil. Jadi tidak berdampak pada pribadi tapi bisa berdampak pada makro ekonomi,” terangnya.
Dikatakan dia, untuk memutus rantai tersebut dibutuhkan pengetahuan literasi finansial. Dan itulah pentingnya literasi finansial masuk ke dalam kurikulum merdeka.
“Literasi finansial kita saat ini masih menjadi PR (pekerjaan rumah). Skornya masih di bawah rata-rata dunia,” ungkapnya.
Dampaknya, masih ujar dia, belasan juta masyarakat Indonesia terjerat pinjaman online (Pinjol). Dengan nilai Pinjol hampir Rp60 triliun.
“Sedih dan miris sekali ya. Bahkan kredit macet didominasi oleh anak muda. Dan 2 persen pemain judi online (Judol) adalah anak-anak di bawah umur,” bebernya.
“Mereka beranggapan masih bermain game online. Jadi literasi finansial orangtua dan guru penting di sini,” imbuhnya.
Ia menambahkan, data dari otoritas jasa keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia kurang dari 50 persen. Sementara akses keuangan masyarakat Indonesia sangat banyak.
Sebelumnya, ia mengatakan, literasi finansial masuk dalam kurikulum merdeka. Rencananya literasi finansial disisipkan melalui intrakurikuler dan berbagai mata pelajaran serta kegiatan kokurikuler. (nas)