INDOPOS.CO.ID – Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) menggelar diskusi Bahasa dan Kebudayaan dengan tema Bahasa Indonesia sebagai Jati Diri Bangsa untuk Kemajuan Negeri di Nautic Coffe, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Dekan (Wadek) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Indraprasta PGRI Dr Bambang Sumadyo, Dosen FIPB Universitas Indonesia Dr Syahrial, Peneliti Sastra dan Ilmu Sosial Budaya Imam Muhtarom.
Diskusi ini digelar sebagai upaya Wantannas untuk memperkuat posisi bahasa Indonesia di era modernisasi dan globalisasi, di mana budaya asing semakin mudah memengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.
Sekretaris Jenderal Wantannas, Laksdya TNI Dr T.S.N.B Hutabarat mengatakan bahwa bahasa Indonesia bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga simbol persatuan dan identitas bangsa.
“Bahasa Indonesia merupakan akar budaya bangsa yang perlu dijaga dan dipertahankan agar tidak terkikis oleh pengaruh asing. Kita ingin bahasa Indonesia tetap menjadi kebanggaan dan digunakan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat,” katanya pada Minggu (27/10/2024).
Ia mengatakan bahwa bahasa Indonesia adalah pilar kemajuan bangsa. Pakar kebudayaan menyatakan, bahasa yang kuat dan relevan dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Penggunaan bahasa yang benar dan lugas di ranah pendidikan dan penelitian akan memudahkan kita mengejar ketertinggalan di berbagai bidang,” ujarnya.
Peneliti Sastra dan Ilmu Sosial Budaya, Imam Muhtarom mengatakan harapan ke depan adalah apar generasi tidak terus-menerus terjebak dalam bahasa media sosial, melainkan mampu mendalami bahasa yang lebih mendalam dan reflektif.
“Bahasa yang singkat dan sederhana memang efektif, tetapi sering mengabaikan kemampuan berpikir kritis dan meresapi kompleksitas dunia,” kata dia.
Menurutnya, membaca teks panjang seperti novel dapat membentuk karakter individu yang kuat, terutama di masyarakat negara berkembang.
“Tidak seperti film yang cepat dan instan, novel menuntut kesendirian, pemahaman, dan pemikiran aktif. Inilah tantangan literasi kita saat ini,” pungkasnya. (fer)