INDOPOS.CO.ID – Prof. Dr. Diana Elizabeth Waturangi berhasil terpilih menjadi highlight dalam Foundation for Science (IFS) annual report 2023 dari sejumlah 8000 peneliti yang berasal dari 105 negara.
Perempuan yang baru bergabung dengan Unika Atma Jaya pada 2004 ini sebelumnya menghadapi tantangan dalam pembiayaan penelitian pada awal kariernya.
Lalu pada 2008 lalu, ia berhasil memperoleh hibah dari IFS untuk proyek penelitian mengenai prevalensi Vibrio Cholerae dalam es yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) di Jakarta. Hibah riset internasional pertama tersebut mengubah kariernya sebagai ahli mikrobiologi pangan.
“Hibah ini sangat berarti, saya bisa memperluas jaringan dan kolaborasi internasional, sekaligus memperkuat kredibilitas saya sebagai peneliti di bidang keamanan pangan,” ujar Prof Diana dalam keterangan, Kamis (31/10/2024).
Hibah dari IFS tidak hanya menyediakan dana penelitian, tetapi juga membuka akses ke jaringan global, termasuk kolaborasi dengan Profesor Swapan Banerjee dari Health Canada dan Profesor Radu Son dari Universiti Putra Malaysia.
Hasil dari proyek penelitian ini kemudian diterbitkan di Journal of Food Protection pada tahun 2012. Seiring waktu, Prof. Diana terus mengembangkan penelitian di bidang patogen pangan, biofilm, dan bakteriofag.
Melalui hibah lanjutan dari IFS, ia mampu memperluas cakupan penelitian yang berfokus pada penanganan masalah pangan di Indonesia, serta mempublikasikan lebih banyak artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
“Hibah yang saya dapatkan ini memberi saya kesempatan untuk berkontribusi dalam memecahkan masalah lokal dengan pendekatan ilmiah global yang dapat bermanfaat bagi banyak pihak,” ungkapnya.
Melalui perannya sebagai ahli mikrobiologi pangan, Prof. Diana juga dipercaya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI sebagai panel ahli. Di mana ia memberikan pelatihan bagi ilmuwan BPOM di seluruh Indonesia tentang deteksi molekuler bakteri patogen.
Selain itu, ia diangkat sebagai Duta American Society for Microbiology (ASM) untuk Indonesia pada periode 2016–2021, dan aktif dalam mempromosikan pendidikan mikrobiologi di berbagai universitas.
“Kesadaran penelitian ilmiah yang aplikatif dan relevan dengan kebutuhan masyarakat Indonesia itu penting. Oleh karena semangat itu harus terus didorong,” ucapnya. (nas)