INDOPOS.CO.ID – Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan human capital Indonesia adalah memperbanyak jumlah siswa asal Indonesia yang melanjutkan pendidikannya ke UC Berkeley.
Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro dalam keterangan, Kamis (31/10/2024).
Ia mengatakan, mulai tahun depan jumlah siswa Indonesia yang melanjutkan pendidikan di universitas asal California, Amerika Serikat tersebut meningkat. “Saya berharap jumlah siswa yang melanjutkan pendidikannya di Berkeley akan bertambah,” ujar Satryo.
Menanggapi hal itu, Rektor UC Berkeley, Rich Lyons memberikan kabar baik bahwa Indonesia menduduki peringkat keenam negara asal dari mahasiswa Berkeley.
“Menurut data, Indonesia berada di peringkat keenam dari seluruh negara di dunia,” sebut Lyons.
Menyadari bahwa pengembangan soft skill merupakan salah satu hal krusial yang dapat membantu generasi muda dalam berkembang serta dalam rangka mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan di masa depan, Lyons turut memaparkan salah satu program yang diinisiasikan oleh UC Berkeley mengenai cara berpikir kewirausahaan.
“Program ini berfokus pada tiga aspek, yaitu berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi atau kerja sama,” katanya.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menerima kunjungan Rektor UC Berkeley, Rich Lyons, di Jakarta, Rabu (30/10/2024). Pertemuan ini merupakan upaya Kemdiktisaintek dan UC Berkeley menjajaki berbagai inisiasi kolaborasi di bidang pendidikan tinggi dan teknologi.
Pada kesempatan tersebut, Satryo dan Lyons membahas berbagai inisiatif untuk memperkuat kolaborasi antara UC Berkeley dengan perguruan tinggi di Indonesia terkait kemungkinan terwujudnya riset kolaboratif yang fokus pada berbagai bidang prioritas, termasuk pengembangan bidang human capital dan STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics/Sains, Teknologi, Teknik, Matematika).
Pertemuan ini juga dibahas pengembangan program pertukaran mahasiswa, penelitian bersama, serta kerja sama antara publik dan swasta untuk memfasilitasi transformasi teknologi kepada masyarakat. Satryo dan Lyons menegaskan komitmen untuk membangun ekonomi berbasis pengetahuan di Indonesia, di mana riset dapat menciptakan solusi yang nyata dan perubahan yang positif. (nas)