INDOPOS.CO.ID – Sejumlah awak bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di terminal bus Mandala, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, mengeluhkan sepinya penumpang sejak beroperasinya KRL (Kereta Rel Listrik) jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang sejak tahun 2017 lalu, dan ditambah adanya Pendemi Covid 19 sejak dua tahun lalu.
Sejumlah awak angkutan umum di Rangkasbitung mengungkapkan,terkadang dalam sehari dia tidak mempu mendapatkan uang setoran sebagaimana yang ditetapkan oleh perusahaan bus,sehingga terpaksa meminjam ke rentenir untuk bisa menutupi uang setoran agar tidak dipecat oleh perusahaan.
Saman (45) seorang sopir AKAP PO Bulan Jaya jurusan Rangkasbitung -Kalideres menceritakan, sebelum adaya KRL jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang, dirinya dan kondektur bisa membawa pulang uang Rp200 ribu hingga Rp300 ribu per hari sisa dari uang setoran.
“Sekarang mah boro-boro, untuk bisa mendapatkan Rp100 ribu aja susah, kecuali pada hari hari tertentu, bahkan terkadang kami harus nombok uang setoran,” ungkapnya kepada indopos.co.id, Selasa (15/3/2022).
Ia mengungkapkan,seharinya dia diwajibkan setor oleh perusahaan Rp300 ribu, sedangkan penumpang banyak yang sudah beralih menggunakan KRL dari Rangkasbitung ke Jakarta. ”Sehari itu kami hanya bisa satu kali PP (Pulang Pergi) dari Rangkasbitung ke Kalideres dengan biaya solar Rp200 ribu PP, dan kebanyakan penumpangnya adalah karyawan pabrik dari Rangkasbiung ke Cikande dan Balaraja,” cetusnya.
Dirinya pun tak bisa membayangkan, jika saat Lebaran Idul Fitri mendatang pemerintah kembali memberlakukan pembatasan jumlah penumpang yang membuat pendapatan para awak bus menurun drastis. ”Rata rata sopir itu berharap pendapatan meningkat sekali dalam setahun, yakni, saat Lebaran Idul Fitri. Namun, kalau pemerintah masih tetap memberlakukan PPKM, alamat kami tidak mampu lagi membeli baju lebaran untuk anak dan istri,” tuturnya.
Hal senada dikatakan Hendra (40) seorang sopir bus AKAP lainnya jurusan Rangkasbitung-Cikarang yang berharap, pemerintah tidak lagi menerapkan PPKM saat lebaran Idul Fitri mendatang.” Sekarang saja untuk memenuhi kebutuhan sehari hari kami sangat kesulitan, karena kami tidak punya skill bekerja di tempat lain, sehingga terpaksa menjadi sopir bus,” ungkapnya.
Dia pun mengenang masa keemasan sebelum adanya KRL jurusan Rangkasbitung-Tanah Abang, seharinya dia mengaku bisa mengantongi uang untuk dibawa pulang Rp300 ribu hingga Rp450 ribu. ”Lillahi, kemarin itu saya hanya bisa bawa pulang Rp20 ribu untuk keluarga,” ujarnya.
Lain lagi cerita Kosim, sopir sekaligus pemilik angkutan umum help AKDP jurusan Rangkasbitung- Gunung Kencana yang mengaku, pendapatannya menurun sejak adanya kemudahan dari perusahaan leasing untuk kredit sepeda motor, sehingga kini banyak warga yang menggunakan sepeda motor dari Gunung Kencana ke pasar Rangkasbitung.” Paling bersih sekarang bisa dibawa pulang hanya Rp 50 ribu, dan untungnya kendaraan saya yang punya,” ujarnya
Dirinya pun berharap, tahun ini tidak ada lagi PPKM yang diterapkan oleh pemerintah, karena sebelum adanya Pandemi Covid 19 dan PPKM, sepekan sebelum dan paska lebaran, pendapatannya bisa rata rata Rp500 ribu hingga Rp1 juta per hari. (yas)