Pernyataan Rektor ITK yang Samakan Mahasiswi Berhijab dengan Manusia Gurun Dikecam

Rektor ITK

Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof DR Budi Santoso Purwokartiko

INDOPOS.CO.ID – Pernyataan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Prof Budi Satoso Purwokartiko yang menyamakan mahaisiswi berhijab dengan manusia gurun menuai berbagai krtikan dari sejumlah pihak, termasuk dari Menko Polhukam Mahfud MD,Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah anggota DPR-RI.

Mereka menilai, status facebook pengagum mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama alias Ahok itu tidak tepat, karena diungkapkan diruangan publik yang dapat memicu kegaduhan dan kontroversial.

Kritikan tidak hanya datang dari pejabat pemerintahan,MUI dan anggota DPR-RI,namun juga datang dari rekan sesama rektor perguruan tinggi negeri (PTN).

Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Utirta) Banten Prof. DR Fatah Sulaeman, sangat menyayangkan perspektif pribadi Prof Budi Santoso Purwokartio selaku rektor ITK diungkapkan di ruang publik,yakni lewat media sosial (medsos).

Fatah berharap,Budi Santoso segera dapat menyadari kekhilafannya untuk menghentikan kegaduan dan perdebatan di ruang publik. “Beliau sedang menarasikan perspektif pribadinya, cuma sayang di ruang publik lewat medsos, jadi kurang tepat dan kurang bijak.Smoga beliau menyadari kekhilafannya,” ujar Fatah kepada indopos.co.id,Minggu (1/5/2022).

Berikut isi tulisan rektor ITK di halaman facebooknya:

Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut
mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP
ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah
anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa.

Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5% sisi kanan populasi mahasiswa. Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo.
Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas
3.5 bahkan beberapa 3.8 dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus
dengan nilai IELTS 8 , 8.5 bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145
bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa.
Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial
kemasyarakatan dan asisten lab atau asisten dosen.

Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya,
minatnya, usaha2 untuk mendukung cita2nya, apa kontribusi untuk
masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dsb. Tidak bicara soal langit
atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata2nya juga jauh dari kata2
langit:insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dsb. Generasi ini
merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi2 di BUMN,
lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun
mendatang.

Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya
ada 2 cowok dan sisanya cewek. Dari 14,, ada 2 tidak hadir. Jadi 12
mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala
manusia gurun. Otaknya benar2 openmind. Mereka mencari Tuhan ke
negara2 maju seperti Korea, Eropa barat dan US, bukan ke negara
yang orang2nya pandai bercerita tanpa karya teknologi.(yas)

Exit mobile version