Keluar Dari Kemiskinan Ekstrem, Nelayan Nias Barat Pengetahuan Penangkapan Ikan Terukur

nelayan

Plt Direktur Perizinan dan Kenelayanan Direktoran Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Mochammad Idnillah (dua dari kiri) dan Bupati Nias Barat, Khenoki Waruwu (dua dari kanan). (Nelly Marinda/Indopos.co.id)

INDOPOS.CO.ID – Potensi perikanan Nias Barat yang melimpah belum dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakatnya. Angka kemiskinan ekstrim di Nias Barat cukup tinggi, di atas 4 persen dari total penduduknya, data 2022.

Padahal potensi hasil laut dengan garis pantai mencapai 65.53 kilometer komoditi tuna, tongkol, cakalang, dan ikan karang harusnya wilayah dengan jumlah penduduk 93.189 jiwa tersebut bisa sejahtera. Hasil alam unggulan adalah perikanan, tapi jumlah kapal dan nelayan hanya 460 nelayan dengan rata-rata besaran kapal 0.5 grosstone.

“Sangat banyak keterbatasan kami untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan. Mulai dari aksesibilitas, pengetahuan sampai infrastruktur,” aku Bupati Nias Barat Khenoki Waruwu ketika bertemu nelayan pada rangkaian kegiatan Festival Pesona Aekhula, di Nias Barat, Rabu (22/6/2022).

Dia mengakui selama ini nelayannya hanya bisa mencari ikan di jalur 1, 4 mill, dengan GT kapal 0.5. “Butuh armada, pelabuhan, kapal, alat tangkap dan sumber daya manusia yang siap mengeksplore hasil alam laut yang melimpah ini,” katanya, seraya meminta dukungan pusat memberikan pencerahan mengekploitasi kekayaan alam untuk menuntaskan kemiskinan ekstrim

Sementara itu Plt Direktur Perizinan dan Kenelayanan Direktoran Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Mochammad Idnillah mengatakan potensi yang dimiliki laut Nias Barat adalah komoditi Tuna, Tongkol, Cakalangan. Kecermatan nelayan lokal dibutuhkan untuk memahami jalur migrasi ikan bernilai ekonomis tinggi tersebut.

“Pembenahan harus bertahap. Karena kebiasaan dan pola tangkap nelayan lokal hanya one day fishing. Hemat saya, ukuran kapal tidak harus besar, karena belum tentu nelayan lokal bisa operasionalkan,” terang Mochammad Idnillah, yang akrab disapa Cak Muh tersebut.

Jumlah nelayan Nias Barat mencapai 570, yang aktif dan yang sudah mendapatkan kartu nelayan 460. Mereka tersebar di beberapa pulau di Nias Barat seperti Pulau Asu, atau Sirombu. Hasil tangkapan nelayan masih sangat sedikit, kapal yang siap operasi hanya 160 unit dengan alat tangkap pancing, jaring insang. Hasil produksi perikanan tangkapnya hanya 142 ton pertahun. Sementara kebutuhan ikan di Nias Barat 5.375 ton pertahun yang akhirnya harus didatangkan dari kabupaten lain, seperti Gunung Sitoli.

“Harus kita petakan dulu, potensinya berapa, lalu kemampuan nelayannya, daya dukung infrastukturnya, sarana pendaratan. Pontensi alam sangat baik misalnya berarti kapal dan alat tangkap ditingkatkan,”kata Cak Mu.

Dia juga melihat, potensi Nias Barat itu memang menjadi wilayah migrasi tuna. Dengan kekurangan suplay, membuktikan masyarakat belum bisa memanfaatkan potensi yang ada. “Pemerintah pusat tentu akan mendukung ketika pemetaan persoalan jelas. Bisa masuk dalam program perikanan terukur, akan dikembangkan dengan berbagai metode yang ada. Hanya yang penting kita perhatikan juga, kemampuan nelayan dalam manfaatkan potensi yang ada sudah bisa kah,” tanya Cak Muh seraya menjabarkan pemerintah pusat juga memiliki skema pelatihan, agar nelayan bisa memahami teknologi penangkapan ikan. (ney)

Exit mobile version