Wisuda 2.552 Lulusan, Rektor UGM: Gelar Sarjana Bukan Puncak Capaian

Mahasiswa-Lulusan-UGM

para lulusan UGM usai upacara wisuda di Graha Sabha Pramana(foto yasril/indopos.co.id)

INDOPOS.CO.ID – Sejak pagi puluhan pedagang bunga yang dikemas per buket maupun per tangkai terlihat berjejer di halaman Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, untuk menjajakan bunga yang akan diberikan kepada para wisadawan dan wisudawati oleh kerabat maupun teman para wisudawan dan wisudawati yang telah berhasil meraih gelar Sarjana.

Tak hanya menjual bunga, para pedagang kali lima itu juga tampak menjajakan berbagai macam dagangan seperti boneka, makanan dan minuman, baju dan suvenir lainnya.

Sutrisno misalnya,dia adalah pedagang bunga musiman setiap kali UGM menyelenggarakan upacara wisuda secara langsung atau luring. Dia mengaku, bisa meraup untung hingga Rp500 ribu setiap ada upacara wisuda.

”Alhamdulillah sekarang UGM kembali melakukan wisuda secara luring,sehingga kami PKL bisa berjualan aneka bunga dan souvenir,” ujarnya saat ditemui INDOPOS.CO.ID di Balairung Tengah UGM, Kamis (25/8/2022).

Diketahui, UGM kembali menggelar prosesi wisuda program Sarjana dan Diploma sebanyak 2.552 lulusan pada Rabu (24/8/2022) dan Kamis (25/8/2022) di Grha Sabha Pramana UGM.

Rinciannya adalah, pada hari pertama mewisuda sebanyak 1.298 lulusan, meliputi 1.059 lulusan Program Sarjana dan 239 lulusan Program Diploma/Sarjana Terapan pada Sekolah Vokasi. Lalu, pada hari kedua mewisuda sebanyak 1.254 lulusan Program Sarjana.

Rektor UGM Prof Ova Emilia mengatakan, perolehan gelar akademis jenjang sarjana dan diploma UGM bukanlah puncak capaian dari mahasiswa, melainkan menjadi awalan bagi langkah pengembangan pengetahuan untuk menghadapai tantangan kedepan.

Dalam sambutannya, Rektor mengatakan pesatnya pengembangan pengetahuan di era disrupsi menuntut setiap individu lebih responsif, adaptif, dan memupuk sikap kerja kolaboratif, serta fleksibel menyongsong gerak perubahan ekosistem global.

Pandemi yang disusul krisis ekonomi politik global memberi dampak kestabilan negara dunia termasuk Indonesia. Namun, dengan gelora optimisme Indonesia berhasil mengendalikan Covid-19 dan menekan laju inflasi di kisaran 4 persen yang jauh di bawah laju inflasi di ASEAN sebesar 7 persen.

“Hal ini patut disyukuri, namun kesuksesan agenda pembangunan sosial untuk bertahan dan berkembang di masa depan jadi keutamaan. Situasi ini menjadi tantangan masa depan bagi lulusan UGM, sejauh mana lulusan mampu turut andil menjadi subjek pembangunan masa depan. Hal itu menjadi harapan saat ini dan kita percaya wisudawan wisudawati UGM telah memiliki bekal yang cukup untuk terjun di kehidupan sosial masyarakat,” tuturnya.(yas)

Exit mobile version