Mengenal Permainan Tradisional Ago Gilo di Kabupaten Tebo

boneka gila

Sejumlah orang memainkan permainan tradisional boneka gila. Foto: YouTube/Orang Semendo

INDOPOS.CO.ID – Kabupaten Tebo, Jambi memiliki banyak peninggalan sejarah. Baik itu berupa bangunan Candi, objek kebudayaan tak benda seperti tradisi, tarian dan permainan. Salah satunya ialah permainan Ago Gilo atau boneka gila.

Permainan tersebut mirip dengan permainan bambu gila dari Maluku. Namun, alih-alih dengan bambu, permainan Ago Gilo menggunakan medium boneka yang terbuat dari anyaman rotan.

Sebuah batok kelapa ditancapkan di atas tubuh boneka kemudian digambar wajah dengan cat hitam. Begitu Ago Gilo diarak ke tengah lapangan Desa Teluk Kuali, anak-anak sontak berteriak seraya menyambut permainan itu.

Permainan dipimpin oleh lima orang berpakaian serba hitam. Dipimpin Pawang Ago Gilo bermana Nasril. Permainan itu dimulai dipegang dua orang. Sementara dua orang lainnya berjaga-jaga menggunakan seutas kain di tangan.

Sang pawang Nasril kemudian membacakan seutas mantra yang sekilas terdengar seperti bahasa Melayu namun cukup sulit dicerna artinya. Dalam durasi mantra, boneka itu digoyangkan kanan dan ke kiri.

Menurut Nasril, permainan ini sudah ada sejak zaman kakeknya. Ratusan tahun lalu. Orang-orang Tebo biasanya memainkannya pada malam hari di ladang sebelum menanam padi keesokan harinya atau semalam sebelum hari panen.

Kali ini, permainan tersebut bisa dilakukan di berbagai kesempatan. Seperti pernikahan, ataupun lomba 17 Agustus-an.

“Jadi pertama kita pegang dulu, kemudian (setelah boneka aktif) orang kita panggil rame-rame megangin. Kalau kayak jelangkung itu kan ada orang sampai kemasukan. Kalau ini nggak ada,” kata Nasril dalam keterangannya, Senin (29/8/2022).

Boneka yang sebelumnya diam tak bergerak pun mendadak menggeliat dan memberontak. Enam hingga delapan orang pun masuk ke dalam lapangan untuk membantu memegangi rontaan Ago Gilo yang semakin menggila.

Untuk ikut ambil bagian dalam tim ‘gulat’ melawan bonek Ago Gilo, tidak ada syarat khusus. Paling penting dewasa 17 tahun keatas karena jelas saja permainan ini bukan untuk anak-anak. Bahkan perempuan pun boleh ikut. “Selama ini kan biasanya laki-laki. Tapi kemarin ada juga perempuan ikut. Asalkan kuat saja,” imbuhnya.

Penampilan permainan tersebut menjadi bagian ekspedisi Sungai Batanghari dan Kenduri Swarnabhumi diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). (dan)

Exit mobile version