Polisi Diminta Usut Dalang Penolakan Pembangunan Masjid di Batang

Polisi Diminta Usut Dalang Penolakan Pembangunan Masjid di Batang - pemkab batang - www.indopos.co.id

INDOPOS.CO.ID – Panitia pembangunan Masjid di Kalipucang Wetan, Batang, Jawa Tengah, meminta polisi mengusut tuntas provokator di balik penolakan pembangunan masjid. Sebab, pembangunan masjid sekaligus klinik gratis itu tidak merugikan warga tetapi justru menguntungkan.

“Polisi harus usut tuntas siapa saja yang terlibat dalam penolakan, tempat ibadah ini,” tegas Machzum Baisa, pemilik tanah yang akan dibangun masjid ke wartawan, di Jakarta. Machzum mencurigai ada donatur di balik oknum aparat di pemerintahan desa yang diduga menjadi provokator penolakan pembangunan masjid.

“Saya sudah dapat informasi ada pendananya, sehingga sepanjang jalan banyak spanduk penolakan pembangunan masjid,” tegasnya.

Sementara menurut Hasan pengawas Pembangunan Mesjid, dalam pertemuan dengan Pj. Bupati Batang, Jawa Tengah. Lurah Mundakir mengakui tidak tahu akan dibangun mesjid di daerahnya.

“Saya hadir dalam pertemuan tersebut, langsung saya katakan Lurah bohong dan saya tunjukan bukti-bukti kalau Lurah mengetahui ada pembangunan masjid dan meminta pekerjaan pondasi pagar senilai Rp93 juta dan urugan yang nilainya lebih mahal lagi tapi saya hentikan sebelum berlanjut,” ungkap Hasan.

Bukan itu saja buktinya, lanjut Hasan, Lurah juga mengatakan kalau masjid yang dibangun sangat besar ini dan mewah akan jadi ikon daerah Kalipucang Wetan.

“Sampai kapan pun saya akan usut tuntas siapa di balik ini, kezaliman kalau dibiarkan akan merusak bangsa ini dan musibah akan semakin banyak. Penolakan warga ini tidak mendasar Kecuali bangun tempat prostitusi, hiburan, tempat perjudian wajar ditolak,” tuturnya.

Menurut Machzum, pembangun mesjid ini, untuk memenuhi amanah dari orang tuanya sebelum wafat. Dengan biaya sendiri tanpa minta sumbangan pada siapapun.

Selain itu juga, tambahnya, warga setempat yang butuh pengobatan akan dilayani secara gratis karena akan dibangun klinik di area masjid.

“Saya sudah beli tanah disana 6000 meter dan sudah pesen dan bayar semua material yang dibutuhkan untuk bangun masjid, diperkirakan akan menelan sekitar Rp 15 miliar untuk pembangunannya,” jelasnya.

Awalnya, Lanjut Machzum, ketika dia berada di area tanah masjid dan sedang melakukan persiapan untuk mengurus ijin IMB, Lurah Mundakir, mendatanginya dan bertanya soal aliran masjid tersebut.

Setelah dijawab aliran Ahlulsunah Waljamaah, Lurah tersebut menyatakan dukungannya. Machzum juga mengaku sedang mengurus ijin pembangunanya. “Nggak usah Bah, kalau masjid bangun aja langsung saya yang tanggung jawab, kan saya Lurahnya aman bah nggak akan ada yg berani mengganggu,” kata Lurah Mudakir seperti ditirukan Machzum. Dia menduga, Lurah kecewa setelah dia menolak sejumlah permintaannya untuk memasok urugan tanah sekaligus diikutkan sebagai pemborong proyek. “Kami tolak karena untuk pembangunan masjid menggunakan besi baja khusus yang membutuhkan tenaga ahli teruji dan memiliki sertifikat,” katanya.

Setelah itu tiba-tiba muncul penolakan warga yang menuduh ada aliran sesat di balik pembangunan masjid tersebut. “Saya berani katakan ini telah direncanakan, diseting,” tegasnya.

Meski sudah dijelaskan dalam sosialisasi, warga tetap menuduh ada aliran sesat di balik pembangunan masjid dengan segala alasan yang dianggap tidak masuk akal.

Untuk menjembatani berlarutnya konflik, Pemkab Batang turun tangan dengan menggelar mediasi. Dihadiri Pj. Bupati batang, lurah, kapolsek, Ketua MUI Batang, Ketua MUI Pusat dan Danramil setempat.

Hasilnya, Pj. Bupati Batang memastikan pembangunan masjid tidak melanggar aturan. Untuk itu, Pj. Bupati Batang mempersilakan pembangunan masjid bisa dilanjutkan karena bukan aliran sesat. Selain itu juga diusulkan untuk menggelar silaturahmi warga dengan pemilik hajat pembangunan masjid untuk meluruskan info soal aliran masjid

Namun, yang terjadi justru muncul aksi warga menolak pembangunan masjid. Spanduk berisi penolakan juga dipasang di banyak titik.

Sementara di tempat terpisah, Lurah Kalipucang Mundakir membantah semua tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Dia juga mengaku tidak mungkin bisa mempengaruhi warganya yang menolak pembangunan mssjid.

Ketika ditanya, kenapa membangun masjid ditolak warga, toh bukan membangun tempat maksiat? “Wallahu alam itu maunya masyarakat, dan murni ini kemauan warga. Tidak ada orang di belakang yang menggerakan warga,” kilahnya

Mengenai akan dilaporkan ke Bareskim untuk mengusut tuntas yang terlibat sebagai dalang di balik aksi penolakan warga, Lurah mengaku tidak masalah. “Silakan saja, itu haknya Pak Machzum,” tegasnya. (bro)

Exit mobile version