Moderasi Beragama Masyarakat Suku Badui Sangat Tinggi

Moderasi Beragama Masyarakat Suku Badui Sangat Tinggi - badui kaos hitam - www.indopos.co.id

Masyarakat suku Badui pada saar upacara Seba di Pendopo Lama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten belum lama ini. Foto: Istimewa

INDOPOS.CO.ID – Masyarakat suku Badui di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Sunda Wiwitan  adalah kepercayaan pemujaan terhadap kekuatan alam dan arwah leluhur yang bersatu dengan alam.

Ada yang berpendapat bahwa Sunda Wiwitan juga memiliki unsur monoteisme purba, yaitu di atas para pangersa dan hyang dalam pantheonnya terdapat dewa tunggal tertinggi maha kuasa yang tak berwujud yang disebut Sang Hyang Kersa yang setara dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Pemerhati masyarakat Badui Uday Suhada mengatakan kepercayaan Sunda Wiwitan yang dianut suku Badui diwariskan secara turun temurun oleh leluhur mereka lewat tradisi lisan bukan tulisan. Cara tokoh adat Badui mewariskan nilai-nilai kepercayaan Sunda Wiwitan adalah dengan keteladanan (teladan hidup) bukan diajarkan secara tertulis.

“Mereka percaya keseimbangan alam, berdamai dengan alam, menghormati leluhur akan membawa kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan. Karena itu, dalam setiap upacara Seba Badui, mereka selalu berpesan kepada pemerintah untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan. Karena merusak lingkungan dan hutan sama artinya merusak kedamaian dan keharmonisan kehidupan,” ujar Uday kepada indopos.co.id, Kamis (8/12/2022).

Uday yang pernah melakukan penelitian di komunitas suku Baduy ini mengatakan, hutan dan lingkungan di kawasan Badui terjaga dengan baik karena mereka memegang kepercayaan Sunda Wiwitan.

“Mereka sangat menjaga keseimbangan alam. Hutan lindung di kawasan Badui terjaga dengan baik. Mereka membuka kebun di lahan yang memang sudah ditetapkan tokoh adat untuk berkebun. Sedangkan kawasan yang dilindungi tidak pernah tersentuh,” katanya.

Terkait relasi dengan agama lain dalam hal ini Islam, Kristen dan Budha, masyarakat Badui sangat terbuka dan ramah.

“Mereka terbuka menerima siapapun yang datang ke kawasan Badui tanpa memandang latar belakang agama, suku, bahasa dan lain-lain. Masyarakat Badui itu sederhana, jujur, tulus dan ramah dalam menerima siapapun yang berwisata ke sana,” ungkap Uday.

Uday mengungkapkan, memang ada sejumlah warga Badui yang berpindah ke agama Islam, kristen dan Budha tetapi jumlahnya tidak signifikan. Masyarakat Badui yang pindah agama ini, tidak lagi tinggal di komunitas Badui tetapi bergabung dengan masyarakat lainnya di luar Badui.

“Saya memiliki pengalaman pribadi dengan masyarakat Badui. Mereka selalu mengingatkan saya untuk salat. Mereka tidak menggunakan jam tangan dan suara azan tidak terdengar di sana tetapi mereka tahu waktunya untuk salat. Jadi kalau berbicara soal moderasi beragama, mereka sangat moderat. Mereka sangat taat pada kepercayaan dan adat mereka tetapi mereka tidak fanatik berlebihan dan menutup diri terhadap orang lain. Mereka terbuka dan ramah dengan orang lain apa pun agamanya,” katanya.

Menurut Uday, akhlak dan perilaku masyarakat suku Badui, sangat mulia. Orang Badui sangat memanusiakan manusia, antikekerasan, berdamai dengan alam dan lingkungan sekitar.

“Kita berharap keberadaan masyarakat suku Badui harus tetap terjaga dengan baik dan dilindungi oleh pemerintah. Ada banyak nilai yang diajarkan oleh masyarakat Badui, salah satunya keseimbangan alam dengan cara menjaga kelestarian lingkungan,” tutup Uday. (dam)

Exit mobile version