INDOPOS.CO.ID – Kemarau panjang yang melanda Provinsi Banten sejak beberapa bulan belakangan membuat warga mengaami kriss air bersih,yerutama warga yang selama ini mengandalkan air sumur timba.
Untuk mengatasi kekeringan di musim kemarau ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Lebak, mengoptimalkan pompanisasi. Sehingga tanaman padi bisa diselamatkan untuk menghasilkan produksi pangan masyarakat di daerah itu.
“Ya, semua lokasi yang mengalami kekeringan disebar bantuan pompanisasi, tapi bagi yang ada sumber airnya. Sehingga tanaman padi milik petani yang kekeringan bisa kembali teraliri pasokan air,” kata Kepala Distanbun Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar,Sabtu (23/9/2023).
Menurut Rahmat, penyaluran bantuan pompanisasi itu untuk mengamankan produksi pangan agar tidak menimbulkan puso atau gagal panen. Sebab, tanaman padi yang mengalami kekeringan antara usia tanam 30 hari setelah tanam (HST) sampai 50 HST.
Hasil inventalisir sementara ini areal persawahan di Kabupaten Lebak yang terancam mengalami kekeringan tercatat sebanyak 295 hektare tersebar di dua Kecamatan yaitu, Malingping dan Warunggunung.“Kekeringan itu akibat kemarau yang menyebabkan debit air saluran irigasi menyusut, lantaran Situ maupun sungai menyusut. Dari 295 ha yang terancam kekeringan 162 ha dalam kondisi ringan,” ujarnya.
Menurut dia, pengoptimalan pompanisasi itu dilakukan terhadap petani yang memiliki daerah aliran sungai (DAS), di antaranya Sungai Ciujung, Ciberang, Cisimeut, Cilangkahan, dan Cimadur. “Air permukaan tersebut bisa dimanfaatkan untuk pengairan lahan persawahan guna penyelamatan tanam padi yang kekeringan akibat tiadanya pasokan air,” ujarnya.
Dia mengatakan, ratusan hektare areal pesawahan di Kecamatan Malingping dan Wrunggunung mengalami kekeringan sejak satu bulan terakhir. Untuk itu, tanaman padi petani yang telah berusia kurang lebih empat sampai lima minggu terancam gagal panen.
Untuk itu, Distanbun meminta kepada unit pelaksana teknis (UPT) pertanian di masing-masing kecamatan mengupayakan membantu petani dengan program pompanisasi. Tentunya, jika di daerah sekitar areal pesawahan ada air permukaan yang bisa dimanfaatkan.
Berdasarkan pemanatauan indopos, kemarau panjang yang melanda Kabupaten Lebak sejak beberapa bulan belakangan membuat sejumlah wilayah mengalami kekeringan dan warga mulai mengalami krisis air bersih.
Selain banyak sumur warga yang mengalami kekeringan,sumber mata air yang selama ini mengalir di daerah tersebut juga mengalami kekeringan.
Nur Aini (45),warga Kampung Alun alun, Desa Selaraja, Kecamatan Warunggunung mengaku, sejak beberapa hari terakhir dia terpaksa berjalan kaki sejauh 1 kilometer untuk mendapatkan air bersih di sumur yang masih ada air di kampung tetangga.
Sementara Sahiman,warga Kampung Kalahang, Desa Padasuka,Warunggunung, dan Dayat,warga Kampung Cempa, Desa Cempaka yang mengaku harus antre untuk mandi di MCK milik mushola dan masjid yang ada di desa mereka.”Kami berharap bantuan air bersih itu dapat memenuhi kebutuhan untuk mandi, cuci dan kakus (MCK), karena saat ini memasuki musim kemarau,” ujar Sahim.
Menurut kedunya, tidak semua warga di desanya yang mengalami krisis air bersih,karena sumur sumur jet pump dan satelit milik warga masih mengeluarkan air.”Yang mengalami kekeringan itu hanya warga yang memiliki sumur timba dan mesin semi jet pump,” cetusnya.
Dayat mengungkapkaan, masyarakat di desanya yang berekonomi mampu banyak yang menggunakan jasa tukang ojeg untuk mengangkut air bersih dengan ongkos antara Rp 10 ribu sampai Rp 20 ribu untuk satu bak mandi berukuran 2 X 1,5 meter.”Kami sudah dua pekan ini dilanda krisis air bersih karena sumur mengering,” katanya.
Bahkan,untuk keperluan konsumsi sehari-hari, Hidayat dan beberapa warga lainnya terpaksa membeli air galon isi ulang dengan harga Rp 4 ribu per galon.”Mau tidak mau kami sekarang terpaksa membeli air galon isi ulang,” katanya. (yas)