Peran Iptek Olahraga Sangat Penting untuk Prestasi Olahraga Nasional

Kuliah Umum di Unnes

menpora

Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali memberikan kuliah umum kepada mahasiswa S1, S2 dan S3 Universitas Negeri Semarang (Unnes), dengan topik "Peran IPTEK Olahraga Dalam Pembangunan Olahraga Nasional", Jumat (25/2) sore, melalui virtual dari Kemenpora. Foto: Kemenpora

INDOPOS.CO.ID – Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali memberikan kuliah umum kepada mahasiswa S1, S2 dan S3 Universitas Negeri Semarang (Unnes), dengan topik “Peran Iptek Olahraga Dalam Pembangunan Olahraga Nasional”, Jumat (25/2) sore, melalui virtual dari Kemenpora.

Pada kesempatan tersebut, Menpora mengatakan, kalau mau berprestasi tidak bisa hanya mengandalkan bakat saja tapi lebih dari pada itu harus menerapkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) Olahraga.

“Kalau kita mau juara maka tidak mungkin lagi kita hanya mengandalkan bakat alam yang dimiliki oleh kita selama ini tetapi juga harus mengunakan IPTEK Olahraga,” ujarnya.

“Saya berikan contoh, saudara-saudara kita, para atlet kita yang berasal dari Papua secara fisik kuat tetapi ada hal-hal lain yang harus diberikan lagi supaya mereka menjadi maksimal dan saya tanyakan langsung kepada pelatih sepakbola nasional kita Shin Tae-yong. Beliau sampaikan di dalam struktur fisik dan kekuatan, kecepatan tuh dari Papua sangat bagus tetapi ada hal-hal yang kurang yang harus kita tingkatkan. Dan ini gunanya Iptek olahraga,” tambahnya.

Menurutnya, pemerintah dalam hal ini Presiden Joko Widodo sangat memberikan perhatian terhadap pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena ini merupakan sesuatu hal yang tidak mungkin lagi untuk ditinggalkan. Mau tidak mau harus bersahabat dengan Iptek Olahraga.

“Cuplikan dari apa yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo bahwa pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru harus kita lakukan karena IPTEK ini sesuatu yang sangat dinamis dan sangat cepat berubah. Bahkan Presiden menekankan bukan hanya untuk mengembangkan pusat latihan yang berbasis sains tetapi juga pengembangan manajemen untuk lebih baik termasuk sistem informasi dan big data analytics,” jelasnya.

Terus terang, lanjutnya, Indonesia masih sangat ketinggalan untuk bisa mendeteksi calon-calon atau talenta-talenta yang berkualitas. Padahal Indonesia ini luar biasa banyak talenta yang tersebar di berbagai pelosok tanah air dengan penduduk yang lebih dari 270 juta harusnya banyak tetapi karena memang kita belum sepenuhnya mengimplementasikan IPTEK Olahraga dan juga penggunaan data.

“Hal-hal yang seperti ini, khusus mahasiswa Unnes harus benar-benar berkonsentrasi Untuk memanfaatkan IPTEK di bidang olahraga ini. Sebenarnya dasar-dasarnya itu sudah banyak diantaranya dasar kebijakan Iptek Olahraga di Undang-Undang No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat melakukan pengembangan Iptek secara berkelanjutan,” ujarnya.

Masih katanya, selanjutnya ada lagi yang menjadi dasar yaitu turunan dari itu ada Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang penyelenggraan keolahragaan. Ini juga sangat jelas sangat jelas, bahkan di pasal 73, persyaratan mencakup ada rencana induk penelitian dan pengembangan. Kemudian menjadi bagian dari agenda program utama nasional riset dan teknologi dan koordinasi lintas sektor serta dukungan sumber daya. Sumber daya ini yang paling paling penting adalah penganggaran untuk bidang riset olahraga.

“Ini mungkin di beberapa perguruan tinggi mulai ada yang jalan. Dan juga pengembangan ilmu dasar ditujukan untuk menggambarkan memahami dan menjelaskan aspek olahraga dengan memperhatikan susunan batang tubuh ilmu keolahragaan melalui pendekatan multi disipliner atau lintas ilmu. Ini hal-hal yang saya kira cukup lengkap dasar-dasar panduan kita untuk itu,” jelasnya.

Dukung Tenaga Pelatih Miliki Sertifikat Internasional

Amali juga mengatakan Indonesia sangat kekurangan pelatih bersertifikat Internasional. Karena itu, Kemenpora akan memfasilitasi hal ini agar Indonesia bisa punya pelatih bersertifikat internasional.

“Kita memang sangat kurang dukungan pelatih hal ini dikarenakan siapapun bisa jadi pelatih. Orang bisa menjadi pelatih hanya dengan kursus satu bulan. Dia sudah mendapatkan sertifikat kepelatihan,” ujarnya.

“Sedangkan mahasiswa yang kuliah 4 tahun itu belum tentu bisa diterima sebagai pelatih karena dia tidak punya sertifikat. Makanya saat mereka lulus dikasih tambahan sertifikat kepelatihan tetapi tentu standar-standar kepelatihan yang ada di cabor itu harus mereka miliki,” tambahnya

Lebih lanjut ia mengatakan, mereka (mahasiswa) jangan juga mendapatkan secara gratis. Ada ijazah, namun ada juga sertifikat.

“Karena bagaimanapun juga ada standar-standar ilmu kepelatihan, bahkan di PSSI sangat ketat. Deputi Peningkatan Prestasi Kemenpora, Chandra Bhakti juga sudah saya beri tahu dan beliau sudah setuju untuk memfasilitasi tenaga kepelatihan olahraga supaya kita bisa punya segara pelatihn sertifikat internasional,” tambahnya.

Demikian juga para guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sebenarnya, menurut Menpora Amali, para guru penjas juga bisa didorong menjadi pelatih di daerah-daerah di tempat mereka berada.

“Tapi karena belum diintegrasikan maka tidak bisa. Melalui Desain Besar Olahraga Nasional ini maka kita integrasikan. Karena kira harus kejar ketertinggalan itu,” tutupnya. (rmn)

Exit mobile version