Lembaga Survei Garap Isu Sepakbola, Dali Tahir: Bagai Petir di Siang Bolong

arema

Tragedi Kanjuruhan. (dok INDOPOS.CO.IDok INDOPOS.CO.ID)

INDOPOS.CO.ID – Mantan anggota Komite Etik Federation Internationale de Football Association (FIFA), Dali Tahir mengaku kaget dengan manuver sebuah lembaga survei yang tiba-tiba tertarik menggarap isu sepakbola.

“Bagai Petir di Siang Bolong, ingat pepatah lama yang seperti itu? Ya, begitu perasaan saya ketika tiba-tiba ada Lembaga Survei Indikator Politik membuat survei tentang sepakbola,” ujarnya, Selasa (15/11/2022).

Dali menyebutkan, sepanjang kariernya sebagai mantan praktisi dan pengurus sepakbola kurang lebih 40 tahun, belum sekali pun ada hal semacam ini. Terlebih, isi surveinya terkait tragedi Kanjuruhan dan yang ‘dicecar’ adalah posisi Ketua Umum (Ketum) dan Komite Eksekutif Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

“Sebanyak 60,2 persen responden setuju Ketum PSSI Mochamad Iriawan beserta jajarannya mengundurkan diri dari kepengurusan sebagai bentuk pertanggungjawaban moral. Begitu judulnya yang membuat saya tersenyum. Maaf, kok sama ya dengan keinginan kelompok tertentu?,” kata dia.

Apalagi, saat ini hasil rekomendasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mulai redam gaungnya. Sehingga, seperti ingin dibangunkan?

“Jadi, saya merasa lucu saja dengan tokoh lembaga survei itu. Jangan-jangan, maaf ya, dia pun tak tahu sepakbola punya aturan. Sekali lagi maaf lho,” ucap Dali.

Sebagai orang yang pernah duduk di Executive Committe (Exco) atau Komite Eksekutif Asian Football Confederation (AFC) atau Konfederasi Sepak Bola Asia dan Komite Etik di FIFA, ia menilai hal semacam ini belum pernah terjadi di mana pun. Bahkan ketika Sepp Blatter (mantan Presiden FIFA) dan Mohammed bin Hammam (mantan Presiden AFC) ada masalah.

“Saya tidak ingin suuzan (prasangka buruk). Tapi, surveinya kok sama ya? Kok lembaga survei tidak tertarik membuat survei tentang tragedi gagal ginjal. Korbannya anak-anak tak berdosa lho. Jumlahnya juga lebih banyak,” tuturnya.

Sementara itu, Peneliti Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia, Bawono Kumoro mengatakan, tragedi Kanjuruhan bukan tragedi biasa, karena tercatat sebagai tragedi dengan jumlah korban terbesar kedua di dunia.

“Selain dari dalam negeri, tragedi ini juga mengundang perhatian dari luar negeri. Jadi wajar apabila tragedi Kanjuruhan membuat para penggemar dan pencinta sepakbola menjadi sedih juga marah,” tuturnya.

Karena mengundang perhatian publik luas, maka Indikator Politik Indonesia melihat penting untuk mengetahui bagaimana opini publik terhadap tragedi itu, serta bagaimana publik melihat siapa saja pihak-pihak yang harus bertanggungjawab atas tragedi itu.

“Untuk itulah kemudian survei opini publik ini dilakukan sebagai salah satu masukan bagi para pengambil kebijakan agar di masa depan tragedi memilukan ini tidak terjadi kembali,” jelasnya. (rmn)

Exit mobile version