Menakar Kepentingan Ekonomi Korea Selatan melalui Korean Wave

Budi Setiawan, Founder Football Institute

oleh: Budi Setiawan, Founder Football Institute

INDOPOS.CO.ID – Gerakan Korea Wave/Hallyu mulai marak di awal tahun 2000-an yang kemudian ini didukung secara serius oleh pemerintah Korea Selatan (Korsel) yang pada tahun 2008 mereka membentuk departemen khusus promosi K-pop ke dunia internasional. Departemen ini berada di bawah Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata.

Gerakan Korea Wave ini menjadi salah satu pilar devisa negara Korsel. Menurut Forbes, pada ahun 2017, industri K-pop menyumbang sekitar USD5 miliar atau setara Rp72 triliun. Kontribusi ini setara dua kali lipat jumlah penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang diterima Indonesia dari sektor mineral dan batu bara (minerba) yang nilainya Rp40 triliun. Tahun 2020 USD 10,9 miliar semantara pada 2021 USD11,7 miliar, naik 7,34 persen.

Pada 2020, ekspor besi dan baja Indonesia bernilai USD10,85 miliar dan berada peringkat ketiga, hanya kalah dari lemak dan minyak hewan/nabati (USD20,72 miliar) dan bahan bakar mineral (USD17,29=7 miliar).

Artinya, sumbangsih BTS, BLACKPINK, sampai drakor Penthouse setara dengan Indonesia jualan besi dan baja dalam setahun.

Setelah K-Pop dan Drakor, Korean Wave menjamah Sportainment

Korea Selatan mulai menunjukkan bahwa olahraga unggulan mereka adalah sepakbola, yang pada tahun 2002 mereka menjadi tuan rumah Piala Dunia. Setelah itu mulailah sepakbola Korsel membuktikan diri mereka memang memiliki kemampuan bukan karena sekedar menjadi tuan rumah.

Korea Selatan membuka mata dunia setelah mengalahkan tim nasional (timnas) Jerman 2-0 pada Piala Dunia 2018 di Rusia yang sekaligus membuat Jerman angkat koper. Meskipun Korsel gagal lolos ke babak 16 besar namun prestasi tersebut menjadi kebanggaan tersendiri. Adalah Shin Tae-yong (STY), pelatih timnas Korsel saat itu yang berhasil mengalahkan Jerman.

Namun demikian, akibat gagal melangkah ke babak fase gugur Piala Dunia 2018, skuat timnas Korsel dilempari telur dan guling Union Jack oleh penggemar.

Korea Selatan gagal mencapai target untuk melangkah ke babak gugur Piala Dunia 2018 setelah menempati peringkat ketiga klasemen Grup F hasil sekali menang dan dua kali kalah.

Setelah gagal mencapai target STY dipecat oleh Asosiasi Sepakbola Korea Selatan (KFA) melalui Kim Pan-gon merupakan Kepala Komite Pemilihan Pelatih KFA.

Pada tahun 2019 STY berlabuh ke Indonesia menjadi pelatih kepala timnas senior. Tidak banyak yang bisa dilakukan STY antara tahun 2019-2020 karena pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Pasca-covid, bukannya fokus menangani timnas Indonesia, STY justru sibuk bermain iklan. Tercatat ada 5 kontrak iklan yang dijalankan oleh STY sejak 2022-2024. Jumlah ini lebih banyak dari jumlah trophy yang diberikan oleh STY untuk timnas indonesia

Masifnya menjadi talent iklan ini setelah STY menandatangani kontrak eksklusif dengan perusahaan agency artis Korea yang bernama ADG Company. Agency ini dimiliki oleh Lee Kyung Gyu. Dia adalah aktor Korea Selatan yang juga seorang MC, Komedian dan Film Produser.

Lea Kyung Gyu adalah artis dengan bayaran tertinggi di Agensi KBS pada tahun 2010 dengan nilai 535 millar won atau setara Rp6 triliun. Lee Kyung Gyu dikenal sebagai Godfather di industry hiburan Korsel.

Kontrak antara ADG Company dengan STY adalah kontrak eksklusif yang menggabungkan antara sport dan entertainment. Ini menunjukkan Korean Wave sedang menuju arah baru dengan pangsa pasar tertentu. Sekaligus menunjukkan STY adalah aset bagi ADG Company yang harus dijaga reputasi dan pemberitaannya.

Melihat fenomena Korean Wave yang didukung oleh pemerintah Korea. Kita bisa menarik sebuah garis linier bahwa STY telah didaulat menjadi Duta Korea untuk olahraga. Yang sebelumnya ada BTS dan BLACKPINK untuk musik serta drama Korea untuk budaya.

Dari sektor pariwisata Korea sukses mendatangkan turis mancanegara khususnya Indonesia. Umumnya mereka datang ingin melihat lokasi syuting drama Korea yang sering ditonton dan menyaksikan konser musik K-pop.

Menurut data CNBC Indonesia, pada tahun 2023 data wisatawan Indonesia ke Korea Selatan berjumlah 220 ribu. Tahun ini ditargetkan 300 ribu atau naik 30 persen. Melalui budaya Korea sukses meningkatkan sektor pariwisata

Hari ini Korea memulai project sport entertainment melalui sepakbola dengan pangsa pasar yang sangat spesifik yaitu Indonesia. Dengan STY sebagai pelatih timnas indonesia itu memudahkan Sales Mission Korea, dengan jumlah penduduk 250 juta dan 70 persen masyarakatnya menyukai sepakbola memantapkan Korea untuk memulai penetrasi ini.

STY lebih kental sebagai artis K-pop ketimbang figur sepakbola. Gaya komunikasi STY sangat berubah ketika dia ditangani oleh ADG Company tahun 2022. Dia lebih artikulatif dan mampu memainkan perasaan serta emosi publik. Tahun 2019-2021 STY tidak mampu mengartikulasikan kemampuan komunikasinya, semua berubah setelah ada ADG Company yang sangat memikirkan citra dan publikasi STY sebagai duta olahraga Korean Wave.

Tentu ADG Company sebagai pihak yang mencarikan iklan untuk STY memiliki kepentingan agar citra dan pemberitaan STY positif agar tidak merusak citra brand yang melekat kepada STY.

Meskipun Indonesia dapat lolos babak 16 besar Piala Asia namun kelolosan itu dibantu oleh Kyrgistan yang mampu menahan imbang Oman. Hasil ini membuat Indonesia menjadi salah satu tim yang mendapatkan peringkat 3 terbaik.

Sebelumnya, jelang pertandingan fase grup Piala Asia melawan timnas Jepang muncul desakan kepada Persatuan Sepakbola di media sosial STY tetap dipertahankan. Padahal bertanding melawan Jepang pun belum. Ini seperti mengkondisikan bahwa jika pun Indonesia gagal lolos ke babak 16 besar STY tetap harus dipertahankan.

Siapakah yg berkepentingan? Ya tentu saja STY dan ADG Company. Mengapa? Karena kontrak terbaru STY dengan The Sand Box (TSB) Korea, sebuah perusahaan Metaverse yang menjual avatar STY dengan menggunakan properti timnas Indonesia seperti jersey timnas, burung garuda, dan batik indonesia memilik kepentingan untuk pasar di Indonesia. Sehingga mereka butuh waktu lagi untuk melakukan penetrasi pasar.

Pertanyaannya apakah PSSI mengetahui hal ini? Apakah dalam kontrak PSSI-STY membolehkan STY melakukan aktivitas komersial dengan pihak lain? Tentu ini harus dikonfirmasi oleh PSSI.

Penjualan Avatar ini tentunya akan menjadi devisa negara bagi Korsel dan bukan untuk Indonesia. Tentunya tidak ada pajak yang dibayar ke pemerintah Indonesia. Dengan nilai kontrak yang fantastis dengan Indonesia, ternyata STY tetap menyukai profesinya sebagai bintang iklan.

Jadi jika dibilang pihak STY tidak punya kepentingan selain sepakbola, maka kita perlu melihat kembali data di atas betapa industri Korean Wave ini sudah menjadi pilar sumber pemasukan negara yang sangat potensial

Sementara publik sepakbola kita dibius oleh ilusi dengan bingkaian kalimat ‘main sudah bagus, hasil menunggu proses’. Tanpa menyadari bahwa rakyat Indonesia dihegemoni oleh Korea melalui instrumen-instrumen Korean Wave.*

Exit mobile version