INDOPOS.CO.ID – Persatuan Layangan Aduan Seluruh Indonesia (Perlasi) kembali menggelar kejuaraan pada 9-11 Agustus lalu. Kejuaraan nasional kedua ini digelar di Lapangan Perlasi Rorotan, Jakarta Utara. Tak kurang dari 196 atlet proplayer layangan aduan dari 23 provinsi ikut berkompetisi dalam kejuaraan nasional tersebut.
“Harus ada kejuaraan nasional yang rutin dilakukan, menjadi persyaratan agar olahraga Layangan Aduan diakui KONI sebagai cabang olahraga prestasi,” kata Essa Muhamad, Ketua Umum Perlasi, usai resmi menutup kejuaraan pada Minggu (11/8/2024).
Menurut Essa Indonesia telah menjadi barometer olahraga layangan Indonesia aduan dunia. Pertama, dari sisi teknik permainannya. Kedua, dari teknik pembuatan layangannya dan ketiga, dari sisi produksi layangannya. Banyak UKM layangan yang telah melakukan ekspor hingga ke Brazil dan Pakistan.
“Layangan Aduan merupakan aset Indonesia baik dari sisi olahraganya maupun dari sisi ekonomi dari produksi layangan dan benangnya. Sudah saatnya pemerintah Indonesia mengakui potensi dari olahraga layangan aduan, “ tutur Essa.
Sistem pertandingan kejurnas kali ini menggunakan sistem gugur dan memperebutkan hadiah total sebesar Rp 150 juta yang terbagi dalam juara 1, 2, 3, 4 dan juara harapan 1-4. Juara pertama mendapatkan hadiah uang sebesar Rp 50 juta, juara dua sebesar Rp 30 juta, juara ketiga Rp 20 juta dan juara keempat sebesar Rp 10 juta, juara harapan 1-2 akan mendapat hadiah sebesar Rp 5 juta dan 12 juara lainnya mendapatkan hadiah hiburan.
“Tentu lewat seleksi ketat pada partai penyisihan yang meninggalkan finalis yang keluar sebagai yang terbaik. Saya sangat puas karena para juara merupakan atlet yang terbaik, memiliki teknik dan sklill sangat baik, “ katanya.
Essa berharap kejurnas akan terus diadakan tiap tahun, dan tahun depan akan ada kejuaraan tingkat dunia. Dia juga meminta agar layangan aduan diakui secara resmi sebagai cabang olah raga oleh KONI.
Pada final Zaenal Abidin (34 tahun) dari Tim Brotherhood , Jakarta Selatan mengalahkan Muhammad Arifin (31 tahun) dari Tim Pengejar Layangan, Depok, Jawa Barat.
Sebagai juara 1, Zenal, panggilan akrabnya menceritakan bahwa babak final sangat menguras tenaganya. Ia telah mengeluarkan segala skill dan kemampuan tekniknya. Walaupun suasana saat itu sore menjelang malam, namun ia dapat mengalahkan Arifin asal Depok.
“Wah, cukup menantang di partai final. Sebagai atlet, kami berharap layangan aduan dapat masuk daftar cabang olahraga dalam daftar KONI dan kejurnas dapat terus dilaksanakan tiap tahun,” harap Zaelani.
Pada kesempatan yang sama, Muhammad Arifin berharap kejurnas layangan aduan dapat terus terlaksana dan lebih baik lagi. Dia menceritakan pengalamannya yang luar biasa dalam kejuaraan kali ini. Meski hanya menempati posisi runner up, Arifin cukup bangga dan berharap bisa terus mengikuti kejuaraan.
“Sayang kendala cuaca dan waktu pelaksanaan final yang menjelang malam, membuat saya bermain tidak tenang, dan terkesan terburu-buru. Namun saya tetap mengeluarkan segala kemampuan saya. Saya berharap bisa berpartisipasi pada kejuaraan berikutnya,“ ujar Arifin yang telah mengikuti berbagai lomba layangan sejak tahun 2019 lalu. (ney)