Arah Koalisi Parpol Jelang Pilpres, SSI: Prabowo-Gerindra Akan Jadi Magnet

ssi

Direktur Eksekutif Skala Survei Indonesia Abdul Hakim MS. Foto: Dokumen Pribadi

INDOPOS.CO.ID – Meski masih sekitar 20 bulan lagi digelar, namun pemilihan presiden (pilpres) 2024 sudah menjadi topik panas yang dibahas sejak hari ini. Terbukti, penjajagan koalisi dini sudah mengemuka.

Sebut saja koalisi Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang berlabel Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Ada juga koalisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan sebutan ‘Kebangkitan Indonesia Raya’.

Ada pula koalisi prematur yang coba digalang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan stempel ‘Semut Merah’. Penjajagan koalisi permulaan parpol-parpol ini tak lain dilakukan sebagai upaya agar syarat 20 persen kursi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) bisa terpenuhi guna mengusung kandidat calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) pada pesta demokrasi 2024 mendatang.

Dalam upaya membangun koalisi, para partai politik (parpol) tentu sangat mempertimbangkan nama capres yang akan diusung.

Setidaknya ada tiga poin utama sebagai bahan pertimbangan, Pertama, elektabilitas capres terkait. Kedua, kemungkinan capres tersebut mendapatkan boarding pass tiket parpol. Ketiga, capres yang diusung harus bisa menjadi jawaban untuk menyelesaikan persoalan-persoalan utama yang sedang dihadapi masyarakat.

Direktur Eksekutif Skala Survei Indonesia (SSI), Abdul Hakim MS mengatakan, melihat proyeksi kriteria parpol dalam membangun koalisi dengan mengacu pada tiga poin tersebut, bisa disimpulkan bahwa Prabowo-Gerindra saat ini akan menjadi salah satu tonggak sumbu utama atau magnet penentu arah koalisi parpol jelang pemilihan umum (pemilu) 2024.

“Kenapa demikian? Saat ini, PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan) sudah tidak terlalu memusingkan masalah koalisi. PDIP sudah bisa mengirim satu paket capres/cawapres tanpa harus bekerja sama dengan parpol lain. Artinya, PDIP sudah tidak terlalu berkepentingan dengan koalisi,” ujarnya kepada media, Selasa (19/7/2022).

Selain pertimbangan capres yang diusung dalam menentukan pasangan koalisi, rujukan untuk terus mempertahankan eksistensi suara parpol, juga akan menjadi kalkulasi serius bagi parpol-parpol dalam menentukan pasangan koalisi. Para parpol pasti sangat berharap, dengan mengusung capres/cawapres akan membawa efek ekor jas dalam perolehan suara untuk mendapatkan kursi di DPR RI.

Pertanyaan menariknya adalah, apakah kira-kira yang akan menjadi kriteria parpol-parpol dalam mencari pasangan koalisi menghadapi Pilpres 2024?

“Saya melihat, setidaknya ada dua perkara penting yang akan dijadikan rujukan utama parpol-parpol ini dalam menjajaki pilihan koalisi. Perkara nomor satu terkait siapa tokoh capres yang akan diajukan parpol. Perkara nomor dua, bagaimana koalisi ini bisa memberikan imbas baik bagi keberlangsungan eksistensi parpol bersangkutan dalam pileg (pemilihan legislatif) 2024 nanti,” bebernya.

Saat ini, ada tiga persoalan utama yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia, di antaranya soal mahalnya kebutuhan pokok serta sulitnya kondisi ekonomi rakyat dan sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Ini semua tentu ingin segera ditangani. Kerumitan ekonomi, yang berkaitan dengan masalah ‘perut’ membuat masyarakat makin gelisah.

“Untuk segera bisa keluar dari persoalan yang menghimpit mereka ini, masyarakat berharap pada tokoh-tokoh nasional. Mereka yakin bahwa Joko Widodo dan Prabowo Subianto bisa menyelesaikan persoalan mereka sampai tuntas,” pungkasnya. (ibs)

Exit mobile version