Kubu Moeldoko Tanggapi Tuduhan Denny Indrayana soal Jokowi Campuri Urusan Internal Demokrat

Kubu Moeldoko Tanggapi Tuduhan Denny Indrayana soal Jokowi Campuri Urusan Internal Demokrat - Saiful Huda Ems - www.indopos.co.id

Praktisi Hukum Saiful Huda Ems yang juga Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat pimpinan Moeldoko

INDOPOS.CO.ID – Praktisi Hukum Saiful Huda Ems menanggapi tuduhan advokat Denny Indrayana yang mengatakan melalui cuitan Twitternya bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah ikut cawe-cawe melalui Moeldoko untuk mengambil alih Partai Demokrat.

Saiful mengatakan Denny telah melakukan fitnah kepada Jokowi. Menurutnya, kalau Jokowi memang ikut campur dan berada di pihak Moeldoko, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) pasti tidak akan menolak kepengurusan Partai Demokrat hasil Kongres Luar Biasa (KLB) pada 31 Maret 2021 lalu.

“Ini ‘kan fitnah. Kalau Presiden Jokowi mau cawe-cawe urusan internal Partai Demokrat ini, kenapa Presiden Jokowi tidak memerintahkan Menkumham untuk menerima atau mensahkan saja Kepengurusan DPP Partai Demokrat KLB pada 31 Maret 2021 lalu? Kenapa saat itu Menkumham justru malah menolak atau menganggap DPP KLB itu tidak ada?,” ujar Saiful di Jakarta, Kamis (1/6/2023).

“Belum juga ditangkap oleh Polisi karena dugaan membocorkan rahasia negara dan fitnah serta pencemaran nama baik, teman saya sesama satu organisasi advokat, Denny Indrayana ini sudah membuat masalah baru lagi. Dia memposting tulisannya di Twitter yang membabi buta menyerang nama baik Presiden Jokowi dan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko,” sambungnya.

Saiful pun mempertanyakan alasan Denny menuduh Jokowi ikut cawe-cawe dalam persoalan kemelut internal Partai Demokrat. Lebih jauh lagi, lanjutnya, atas dasar apa Denny menuduh Moeldoko telah merebut kedudukan Ketua Umum Partai Demokrat dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

“Sudah berulang kali dijelaskan, Pak Moeldoko aslinya tidak tahu apa-apa. Pak Moeldoko saat itu hanya didatangi dan dimintai tolong oleh para pendiri, pengurus dan kader-kader Partai Demokrat sendiri untuk mau dicalonkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang lebih pantas daripada AHY,” tutur Saiful.

“Dan pada akhirnya setelah melalui perenungan dan dzikir yang sangat lama, demi kemaslahatan bangsa dan demi kejayaan Partai Demokrat ke depannya, Pak Moeldoko bersedia lalu terpilih menjadi Ketua Umum Partai Demokrat melalui KLB Partai Demokrat, bersaing dengan Bang Marzuki Alie,” sambungnya.

Terkait didaulatnya Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat pun tidak serta merta ditunjuk begitu saja, namun dipilih oleh peserta kongres dari sejumlah nama yang dicalonkan.

Saiful menuturkan hal tersebut membuktikan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) itu menjaga agar demokrasi tetap terjaga tidak seperti AHY yang seolah disodorkan oleh bapaknya yaitu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

“Memangnya AHY yang dipilih tanpa pesaing dan dipaksa disodorkan oleh bapaknya sendiri untuk dipilih oleh para peserta Kongres, sebagai Ketua Umum Partai Demokrat? Itu bukan level dan tabiat Pak Moeldoko yang sangat arif dan bijaksana,” ucapnya.

Ia juga menantang Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diketuai AHY agar mau berdebat dengan para tokoh dan pendiri Partai Demokrat yang kini tergabung dalam kepengurusan pimpinan Moeldoko soal kemelut yang saat ini sedang terjadi.

“Sekarang begini saja, beranikah SBY debat terbuka dengan deklarator Partai Demokrat Bang Jhonny Allen Marbun dan jajaran yang tergabung di kepengurusan DPP Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang? Ayo kalau berani potong rambut saya!. Dan saya jamin, SBY tidak akan pernah berani,” tegasnya.

Saiful yang juga Ketua Departemen Komunikasi dan Informatika DPP Partai Demokrat pimpinan Moeldoko ini pun menyoroti pernyataan Denny Indrayana yang mengaku telah mendapat informasi soal Mahkamah Agung (MA) bakal mengabulkan permohonan Peninjauan Kembali (PK) terkait kepemimpinan Partai Demokrat.

“Tweet Denny yang dihapusnya itu juga masih menuduh MA mau memenangkan PK Moeldoko karena menurutnya telah ditukar guling dengan kasus korupsi para pejabat di lembaga itu oleh KPK. Kemarin Pak Kapolri sudah berbicara sangat tegas ingin menyelidiki kebenaran kasus ini, maka inilah saatnya Polri menangkap dan memproses hukum Denny dan big bosnya,” ucap Saiful.

“Majelis hakimnya saja belum terbentuk di MA yang akan mengadili kasus PK DPP Partai Demokrat pimpinan Pak Moeldoko ini, lah kok Denny sudah berani-beraninya bilang soal putusan. Ilmu ngawuriah apalagi ini Den?,” tegasnya. (ibs)

Exit mobile version